Entah apa yang membawa jemariku untuk menulis sebaris kata yang tak
layaknya kulayangkan lagi padamu, padamu yang mungkin sudah benar-benar
menghapusku dari dinding hatimu, sebaris kata yang mengudara lewat ponselku,
sebaris kata berharap kau bermimpi indah di malam yang sangat aku sangsikan, aku
sangat lengah, tak mampu lagi menjalani hari, sejak peristiwa tragis itu, bagaimana
mungkin aku mengatakannya kembali, aku juga tidak tahu harus berkata apa,
jelasnya aku tidak bisa untuk tidak menyapamu.
Tahukah? Pesan kosong darimu pun sangat membuatku bersemangat setiap
hari, pun jika kau mengirim hanya symbol senyum, kurasa hatiku tengah
bermekaran, siapa yang gila? Aku atau hatiku? Aku terlalu larut dalam
kebodohanku, terlalu menaruh secarik benda bernama cinta di rumah hatimu, yang
mungkin kini telah kau kunci, hingga aku begitu terlihat mengemis berada di
beranda depan rumah hatimu.
Aku tidak akan mengungkit lagi, apa yang harus aku ungkit? Sebab kau pun
tak pernah berjanji. Apa yang hendak aku harapkan sedang kau pun tak lagi
memberi harapan. Aku wanita, kau pasti tahu itu, di sampingku, wanita lain mencibiriku
untuk mencari penggantimu, apa yang harus aku katakan lagi pada mereka? Bahwa
kenyataannya aku tak memiliki daya lagi untuk menaruh hati pada yang lain,
semua telah habis, habis kau hisap.
Banyak hal yang ingin aku katakan, tapi aku tak punya daya, aku hanya
bisa mengatakan lewat aksara yang entah apa artinya, lewat aksara yang mungkin
sama sekali tak kau lirik. Aku yakin kau pasti ingat, tentang cinta yang kita
tanam, haruskah aku menuainya sendiri? Menuai cinta yang entah berasa apa,
menuai cinta yang aku pun tak tahu ini milik siapa?
Hey, kau kenapa? Sebenarnya apa? Apa yang membuatmu begini? Haruskah aku
mengatakan “aku masih mencintaimu, aku ingin kita kembali merajut…?” merajut
apa? Tapi harus dengan apalagi kita merajutnya, sedang benangmu telah kau letak
entah dimana.
Aku tahu, kau pasti tahu dengan tulisan yang aku udarakan setiap hari, tapi
kau tak hirau, kau anggap angin lalu, baiklah, biarkan aku memendamnya, dan
jangan larang aku untuk tidak mengudarakan aksaraku pada dirimu, dan tolong
jangan patahkan sinyal yang merupakan satu-satunya cara untukku mengetahui
harimu. Karena aku wanita.
20.16 Wib
*Still
Tidak ada komentar:
Posting Komentar