Memasuki
hari ke-6 di 20 Juli 2013 ini banyak berkah yang sudah aku dapatkan, terlebih
berkah bertemu teman-teman seperti Tari dan Dani. Meski aku dan Tari sudah empat
semester bersama-sama, namun kali inilah kami melewati kegiatan bersama-sama
sepuluh hari full, dan berteman baik dengan Dani, calon ustadz masa
depan (*ceillaa). Pokoknya kami tim safari yang paling kompak deh.
Siang
ini usai menyelesaikan semua kewajiban di rumah, kami berniat mengunjungi tim
safari ramadhan yang ada di Sembahe, terlebih ingin merasakan mandi air dingin
di Sembahe (maklumlah, belum pernah ke Sembahe). Kami berangkat sekitar pukul
10.00 WIB, kebayang deh ya panasnya pool, sudah lumayan lama menunggu
angkutan umum di depan rumah yang memang lewatnya sesekali saja, jadi teringat
angkutan umum di rumahku, karena di rumahku juga begitu, maklumlah rumahku juga
di pedesaan, tapi sudah modern. Angkutan umumnya saja yang belum modern, dari
dulu sampai sekarang hanya memiliki satu jenis angkutan umum, nunggunya harus
ekstra sabar. Sama seperti di desa Sukadame ini, malah kami niat naik becak
saja, tapi tak kunjung muncul juga tukang becak. Setelah lama menunggu,
akhirnya datanglah seorang pria parubaya, mau apa dia?
Ternyata
beliau adalah ketua BKM Masjid Al-Ikhlas. Ketua? Kok tidak pernah kelihatan di
masjid untuk sholat tarawih. *huuushhh. Akhirnya bapak berkumis yang
punya nama Rustam ini bersedia memberikan kami tumpangan sampai ke Pajak, meski
kemudian harus menyambung angkutan lagi bila ingin sampai ke Sembahe. Tidak mengapa,
yang penting sudah keluar dari desa tersebut itu pun sudah Alhamdulillah.
Setelah
bermabuk-mabukan di dalam angkutan umum, karena melewati jalanan yang berkelok,
panas terik. Huaaa. Akhirnya sampai juga di Sembahe, cuaca panas terik,
tapi anginnya gigil menggigit kulit, dingin bbbrrrr. Kemudian bertemu
dengan adikku Ipuurrr (aku biasa memanggilnya dengan nada panjang begitu, hehe)
alias Indah Purna Sari, juga Asep yang merupakan nama panggilan unik dari dari
Faizurrahman. Mereka adalah tim safari ramadhan di Desa Sukadame. Kebayang deh
kalau malam dinginnya bagaimana, di Sukadame saja dinginnya ampun, apalagi
Sukadame.
Belum
lama berendam di dalam air dingin tersebut, kami kedatangan tamu dari tim
safari lainnya yang juga berkunjung ke Sembahe. Senangnya bersilaturrahmi. Bertemu
dengan pemimpin redaksi Dinamika yaitu kak Lulu, ust Mursal dan teman-teman
lainnya.
@Sungai Sembahe |
Hingga
akhirnya terjadi peristiwa mengenaskan. Apa itu? Yah, namanya juga masih maruk
main-main di sungai, apalagi kalau bukan hampir tenggelam. Hampir loh, bukan
tenggelam. Gara-gara selalu ingin tahu, coba-coba menelusuri arus yang lumayan
deras dan sepertinya asyik untuk disinggahi. Dan akhirnya, si Tari hampir
tenggelam, bukan aku loh. Aku kan tinggi (sombong boleh ya) jadi masih bisalah menahan
diri untuk tidak tenggelam, lagian kan aku bisa berenang (sombong lagi),
sombong itu asyik ya *eehhh. Tapi untungnya Allah masih menolong kita (rakyat
Indonesia memang selalu untung). Yah,
malangnya air memasuki hidungnya hingga ia tersedak, mungkin karena terlalu panik
ketika menyadari kakinya tidak menginjak bebatuan yang ada di dasar sungai,
hingga akhirnya kepala tak terlihat dan kelelep. Aku berusaha menolongnya dengan mengangkat badan ke atas air (hebat dong ya, aku kuat kan haha) dan Dani masih saja mengira kalau Tari hanya bercanda, padahal tangan Tari sudah terlihat melambai-lambai dari dasar sungai tapi Alhamdulillah baik-baik
saja.
Selesai
mandi-mandi, keluarlah statement langganan: Mutihkan kulit lama
banget ya, menghitamkannya semenitnya saja. Itu juga karena cuaca yang
memang terik banget, sebagai seorang wanita wajar banget kalau takut hitam. Meski
sebenarnya kulit bukan prioritas utama untuk masuk surga. Dan akhirnya kami
memutuskan untuk kembali ke desa kami masing-masing.
Apa
yang terjadi setibanya di rumah? Tepar badai. Rasanya tulang patah semua,
kepala mulai pusing dan badan mulai meriang. Dan akhirnya si Tari mengurungkan
niat untuk ceramah nanti malam, haha. Kelelahan itu bisa menimbulkan efek tidak
mood juga loh. Apalagi kalau hati yang sedang lelah, *Lohh. Dan akhirnya
tarawih berjalan tanpa adanya ceramah. (Pak buk maklum ya, teman saya sedang
kelelahan. Bukan karena kami malas.)
Bersambung…>>>
Bersambung…>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar