Tidak
sahur bukanlah alasan untuk tidak melaksanakan puasa, ‘kan? Terlebih tidak
pernah ada satu manusia pun di muka bumi ini yang meninggal dunia karena puasa
atau bahkan karena tidak sahur. Puasa itu merupakan obat penyembuh bagi
orang-orang yang sakit, itu semua karena titik kesehatan manusia sebagian besar
ada di bagian perut, jika perut dipuasakan maka insya Allah segala bentuk
penyakit yang kita derita pasti akan sembuh.
Banyak
faktor yang menyebabkan kita kesiangan sahur, seperti aku, Tari dan Dani,
karena bergadang semalam, ditambah suasana malam yang super dingin, Allah
memberikan kami kenikmatan tidur yang luar biasa nyenyaknya. Bahkan gonggongan
anjing tetangga yang begitu garangnya saja serasa sangat merdu di telinga
hingga terdengar seperti nyanyian nina bobok. Atau bahkan alarm yang sudah dipasang tepat
pukul 04.30 WIB pun tak terdengar lagi, padahal kami bertiga sama-sama memasang
alarm, sungguh tidur yang menyenangkan. Berhubung Karo memang tidak puasa,
makanya beliau juga tidak terbangun. Jadi, semalam apa tujuannya bergadang?
Itulah,
selama tujuh hari melakukan aktifitas bersama-sama kami merasa sudah seperti
satu keluarga. Sudah tidak ada rasa canggung lagi. Terlebih Dani, pria yang
mengaku hitam manis ini, merasa bahwa aku dan Tari merupakan teman baru yang
klop sebagai tempat curhat. Dan tugas seorang teman adalah menjadi pendengar
yang baik. Maka dari itu, telinga tak henti mendengarkan calon ustadz masa
depan ini curhat panjang lebar tentang kisah cintanya di masa lalu. Wah, aku
takjub banget sama kisah cinta si Dani, keren banget kalau dibuat cerpen,
apalagi novel, itu sih yang terbesit di telingaku ketika mendengar si Dani
curhat. Tapi si Dani ini terlalu maniak curhat :P hingga akhirnya kami lupa
kalau waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB.
Sebenarnya
bukan masalah sih bagi aku tidur pukul larut malam, toh semasa di Medan, aku
tidak pernah tidur cepat, bahkan aku pernah tidak tidur. Tapi tidak tidur bukan
karena dengarkan curhat, tapi menyalurkan hobiku, menulis. Tapi kalau di Medan,
pasti ada Mama yang akan bangunkan aku sahur, lah kalau di desa ini, siapa yang
mau bangunin, yang mengumandangkan sahur di masjid saja tidak ada. Jadi ya
harus pintar-pintar atur jadwal tidur.
Akhirnya
fajar pun menyingsing, malam pergi bergantikan pagi. Di hari ke-7 perjalanan
kami di Sukadame ini, aku dan Tari diajak oleh ibu-ibu perwiridan untuk
mengikuti zikir akbar di masjid yang baru saja melakuan pembangunan di daerah
yang jauhnya sampai ke Hamparan Perak, kalau Dani ikut pasti dia sudah pulang
ke rumahnya, karena rumahnya di daerah Hamparan Perak, kebayang deh jauhnya
bagaimana, dari Sukadame Pancur Batu hingga Hamparan Perak. Wah, terik yang
begitu begisnya hampir saja membakar kulitku. Belum lagi, tidak ada satupun
dari kami yang tahu persisi di mana letak masjidnya, kami hanya mengandalkan
alamat yang tertera di atas kertas. Hingga akhirnya di bawah terik matahari
kami masih harus meraba jalan dan bertanya-tanya pada warga sekitar. Tapi untungnya
di bulan Ramadhan ini, berpanas-panasan di saat puasa merupakan ujian terhebat,
jika mampu melaluinya maka pantaslah dinyatakan pemenang. Sekita pukul 10.00 WIB
aku dan ibu-ibu perwiridan menyusuri jalanan berkrikil, membelah angin dengan
sepeda motor, tanpa helm.
Zikir
akbar ini dihadiri oleh H.R. Muhammad Syafi’I, S.H, M.Hum atau yang biasa
dipanggil Romo. Beliau merupakan caleg DPR-RI Partai Gerindra dapil Sumut-1
Medan, Deli Serdang, Sergei, Tebing Tinggi.
Caleg DPR-RI Partai Gerindra dapil Sumut-1 Medan |
Dan
juga ibu camat yang aku tidak sempat menanyakan namanya. Acara ini memiliki
acara iti yaitu membagikan sembako dan sedekah kepada anak yatim dan jompo. Pak Romo juga sempat memberikan tausyiah yang
isi tausyiahnya menyampaikan bahwa akan banyak manusia yang berpuasa hanya
mendapatkan lapar dan haus hanya karena tidak bisa menahan diri dari nafsu dan
emosi.
Ceramah oleh Romo |
Acara ini berjalan sangat haru ketika pembagian sembako oleh ibu camat dan Pak Romo,
terlihat ibu camat meneteskan air mata karena haru. Aku tahu, ibu camat pasti
haru karena menganggap bahwa orangtua sangatlah mulia, hingga miris sekali bila
harus menghabiskan waktu dengan bersusah-susah. Seharusnya di hari tua orangtua
kita sudah bisa bersantai-santai, kan orangtua kita punya anak yang harusnya
merawat dan melindungi hari tua orangtua kita.
Ibu Camat harus saat membagikan sedekah pada jompo |
Acara
selesai sebelum zhuhur berkumandang. Kami kembali melakukan perjalanan. Dan apa
yang terjadi? Kami tersesat jauh sekali, karena salah memilih tikungan, lagi-lagi
Allah memberikan ujian yang luar biasa untuk tidak mengumpat saat puasa, yang
pasti Allah tidak akan memberikan cobaan yang lebih dari kemampuan umatnya,
setelah jauh tersesat Mak Haris menyadari bahwa ketika pergi tadi kami tidak
melewati jalan yang tengah kami tempuh ini. Hingga akhirnya kami harus berbalik
arah lagi untuk kembali ke tikungan semula.
Alhamdulillah,
setibanya di daerah Pancur Batu kami singgah ke pajak untuk membeli keperluan
berbuka puasa. Kali ini Mak Kesha berbaik hati untuk membelanjakan semua bekal
berbuka puasa kami, kami dibelikan ikan, dan buah jeruk. Berkah syukur sangat
terasa di sini. Allah pun sangat menjanjikan bahwa umat yang berpuasa tidak
akan pernah Allah biarkan kelaparan, maka pasti akan ada saja rezeki yang Allah
berikan pada umatnya yang menjalankan puasa karena Allah.
Belanja ke Pajak |
Setelah
itu, kami diajak oleh Mak Haris untuk menemaninya belanja ke mini market. Dan dapat
rezeki lagi, kami dibelikan roti untuk cemilan berbuka puasa, Alhamdulillah. Kami
bersyukur sekali bisa bertemu dengan warga yang sangat peduli pada kami. Meski di
desa ini merupakan mayoritas non-muslim, namun minoritas muslimnya masih
menjaga silaturrahim dengan baik, semoga berkelanjutan, aamiin.
Setelah
berbuka puasa dengan menu special masakan anak gadis fakultas syariah IAIN SU,
kami kembali bergegas pergi ke masjid. Sekarang gilirannya Tari untuk ceramah,
karena ini juga merupaka kali pertama Tari ceramah di depan umum, dia tak kuasa
menahan gugupnya, dan tugas kami sebagai teman sejawat tentunya harus terus
mendukungnya untuk berani tampil di depan umum. Tiba-tiba listrik padam, hingga
kami harus mendengarkan ceramah hanya diterangi lampu duduk saja, namun itu
juga tidak mengurungkan niat Tari untuk berdakwah. Dalam ceramahnya Tari
menyampaikan hal-hal yang bisa mengurangi pahala puasa, meski sempat tersendat
karena gugup, namun akhirnya Tari tetap bisa melewatinya dengan baik, selamat
Tari.
Usai
mendengarkan ceramah dari dara manis keturunan batak Toba boru gultom ini,
lanjutlah kami melaksanakan sholat tarawih berjama’ah yang diimami oleh Dani.
Bersambung…>>>
Karena gonta-ganti template. Semua komentar di post ini hilang. Silahkan tinggalkan komentar ya ^^ Terimakasih untuk komentar anda di postingan ini :)
BalasHapus