Dan
inilah hari yang tak diinginkan namun sangat ditunggu-tunggu. 24 Juli 2013, hari dimana aku,
Tari dan Dani harus pulang kembali ke Medan dan meninggalkan rutinitas selama
di Desa Sukadame.
Pagi
sekali usai tidur sebentar lepas shubuh, kami harus membereskan barang-barang
kami. Karena pagi itu juga kami akan pergi menuju masjid Nursyakirin untuk
mengikuti acara penutupan Safari Ramadhan yang diadakan Ad-Dakwah Sumut. Setelah
selesai beres-beres termasuk terlebih dahulu membersekan kamar yang akan kami
tinggalkan dan juga membersihkan rumah Karo yang selama sepuluh hari ini menjad itempat kami bernaung.
Setelah
semua beres, kami menunggu kedatangan Pak Rustam yang merupakan ketua BKM Masjis
Al-Ikhlas Sukadame. Dengan menaiki mobil miliknya kami akan diantarkan menuju
masjid Nursyakirin. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Pak Rustam pun
datang. Tak lupa kami berpamitan dengan Karo, Mak Kesha dan Mak Jimmi (tetangga
sebelah rumah).
Tak
bisa membendung rasa haru melepas perpisahan ini, rasanya ingin berlam-lama di
desa ini, namun apa daya itu tidak mungkin. Kami masih harus melanjutkan
aktifitas kami di Medan, berkumpul dengan keluarga di Medan. Ah, pokoknya
rasanya tak terbendung lagi. Setelah berpamitan kami langsung beranjak dengan
hati yang pilu, bersam oleh-oleh yang kami genggam setidaknya kami membawa
banyak cerita yang akan kami ceritakan pada dunia, termasuk tulisanku ini,
inilah tanda terimakasihku, menceritakan pada dunia bahwa kami menemukan
keluarga baru di pelosok desa Sukadame.
Setelah
melangkah beberapa menit, kami menyinggahi rumah Mak Nunun dan pastinya tidak
lupa untuk berpamitan serta memohon maaf atas segala kesalahan dan tentunya
banyak terimakasih pada keluarga yang sangat baik ini. Dan inilah yang paling
mengharukan, ketika si Nunun marah dan tak ingin berpamitan dengan kami, ia
sangat marah atas kepergian kami, ia menangis dan tak ingin melihat kami pergi.
Dengan seragam TK yang ia kenakan ia mencurahkan tangisnya di bahu ayahnya yang
tengah menggendognya, berbeda dengan Hamzah yang tertawa riang. Hamzah akan
ikut mengantarkan kami ke Masjid Nursyakirin, Hamzah mengira bahwa ia akan ikut
ke Medan bersama kami. Lucu sekali.
Setibanya
di Masjid Nursyakirin, acara dimulai dengan berkumpulnya semua tim dari semua
desa yang telah ditetapkan. Memberikan laporan singkat tentang keadaan di desa
yang kami singgahi dan itu diwakilkan oleh teman kami Zuhri Nasuha Lubis. Dipenutupan
acara, digelar pemberian kurma sebagai tanda terimakasih Ad-Dakwah kepada tim
Safari Ramadhan 2013 yang diwakilkan oleh Faizurrahman.
Setelah
itu, barulah perpisahan yang menyedihkan sama si Hamzah, ia tidak ingin pulang.
Namun ketika dibujuk berkali-kali barulah ia berbesar hati melepas kepergian
kami. Usai penutupan tersebut, tim safari ramadhan bergegas untuk menggelar
kembali perpisahan di Sungai Sembahe, namun aku Tari dan Dani sepakat untuk
tidak ikut lagi, karena sudah tidak sabar untuk kembali ke Medan, dan juga
masih banyak kegiatan yang akan dilakukan selepas kami pulang. Seperti si Dani,
ia masih harus mengisi ceramah di masjid tempat dia tinggal *katanya.
Hingga
akhirnya kami pulang dengan menaiki angkutan umum menuju Medan dengan menaiki
angkutan umum 103. Rasa lelah tak lepas dari wajah kami, namun terlihat
sumringah karena sebentar lagi akan bertemu keluarga tercinta. Banyak berkah
yang kami dapatkan. Seperti aku, yang biasanya jarang sekali ke dapur untuk
masak, atau bahkan tidak pernah memikirkan akan makan apa hari ini, di rumah
Karo itu aku tidak bisa seperti itu lagi, kami harus memikirkan dapur, apa yang
akan dimasak dan apa yang akan dimakan, enak atau tidak dan suka atau tidak. Semua
itu benar-benar harus dipikirkan. Menjadi guru lepas bagi adik-adik di desa
Sukadame itu susah-susah gampang, terlebih harus menunjukkan sikap yang baik
agar mereka mau menuruti apa yang kita perintahkan, karena jika tidak maka
mereka akan merasa asing dan akhirnya tidak mau belajar. Datang paling awal ke
maasjid untuk mengumandangkan azan, nah biasanya selalu menunggu azan baru
sholat namun ketika di sana tidak akan ada azan zuhur dan ashar jika kami tidak
datang untuk mengumandangkannya karena warga sibuk berladang, hanya sesekali
saja mereka datang untuk sholat berjamaah di masjid jika sedang libur. Ceramah di
depan jama’ah sholat tarawih, kapan lagi aku akan mulai ceramah di depan banyak
orang kalau bukan sekarang, kapan lagi belajarnya kalau bukan sekarang. Belajar
berladang di atas bukit, sehari mendaki saja seperti mendaki seribu tahun
lelahnya, dan hal itu dilakukan warga setiap hari, salut sekali.
Dan
yang paling aku ingat adalah ketika memandikan dua adik kecilku itu, Nunun dan
Hamzah. Bakal rindu sekali sama mereka berdua. Terimakasih Ad-Dakwah yang
berkenan memberikan kesempatan pada kami untuk belajar peduli pada sesama, terimakasih tak terhingga untuk Pak Drs. H. Almihan SH, MH beserta Ummi, terimakasih untuk Kak Faiz Isfahani SHi, juga untuk Kak Siti Nur Jannah Tambunan (Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika IAIN SU) dan terimakasih pada semua tim Safari Ramadhan yang juga ikhlas berpastisipasi,
hanya berkah dan ridho Allah yang kita harapkan. Aamiin. Semoga bertemu lagi
dengan Ramadhan tahun depan dan dengan berkah yang lebih indah lagi.
Tertanda
Tim Safari Ramadhan Desa Sukadame:
Rezita
Agnesia Siregar
Mentari
Maya Angela Br. Gultom
Ramadhani
Karena gonta-ganti template. Semua komentar di post ini hilang. Silahkan tinggalkan komentar ya ^^ Terimakasih untuk komentar anda di postingan ini :)
BalasHapus