2013,
ini tahun pertama dimana tidak ada namanya kunjungan keluarga untuk mendatangi
saudara-saudara yang tinggal di kota Medan dan sekitarnya, setelah tahun-tahun
kemarin hari raya selalu dihabiskan untuk menjelajahi rumah-rumah sanak saudara
yang ada di Medan, mau itu saudara lebih tua ataupun saudara lebih muda,
prinsipnya yang penting bersilaturrahmi. Berbeda dengan tahun ini, setelah papaku
mengalami sakit yang tidak memungkinkan untuk berlalu-lalang keliling Medan,
maka diputuskanlah kami hanya bertandang di rumah sendiri menanti tamu-tamu
kehormatan.
Boleh
dibilang sedih bila mengingat Tunjangan Hari Raya tahun kemarin dengan tahun
ini, perbandingannya jauh banget, jangankan 1:10, bahkan lebih rendah dari itu,
tidak ada perbandingan malah, tapi Alhamdulillah sudah bisa bertemu
dengan idul fitri tahun ini, setidaknya masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki
diri dan merasakan kemenangan setelah sebulan lalu terkungkung menahan diri,
namun bukan berarti apa-apa yang ditahan di bulan lalu itu bisa dilakukan di
bulan suci ini, justru setelah bulan Ramadhan berkah telah berlalu, kita harus
bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dan
sudah bisa memiliki lima macam kue untuk menjamu tamu pun itu sudah sangat Alhamdulillah
jika mengingat betapa banyaknya kue-kue yang super lezat di rumah-rumah
tetangga. Dan jikalau tamu tidak berkenan menghabiskan kue-kue yang kami
siapkan, ya sudah barang tentu kue-kue lezat di atas meja ruang tamuku itu akan
kami habiskan tanpa sisa. Begitu pun dengan baju lebaran yang menjadi kebanggan
para remaja jaman sekarang, aku masih saja mengandalakan lirik-lirik lagu yang
selalu mendendang di telingaku ketika lebaran akan tiba, “Baju baru Alhamdulillah,
untuk dipakai di hari raya. Tak punya pun tak apa-apa, masih ada baju tetangga
*eh, baju yang lama maksudnya.” Alhamdulillah, setidaknya masih punya
baju untuk menutupi aurat, toh di luar sana masih banyak yang tidak pakai baju.
Lagi, Alhamdulillah.
Suasana
terasa sangat-sangat berbeda, begitupun dengan hikmahnya. Jikalau tahun lalu
selalu sibuk mendatangi rumah sanak saudara dan aku beserta adik-adikku selalu
mendapat Tunjangan Hari Raya, maka tahun ini Mama dan Papaku lah yang harus
mengeluarkan THR untuk sanak saudara yang hadir di rumahku. Nah, terasa banget
kan berkahnya, Rasul saja lebih senang dengan tangan di atas daripada tangan di
bawah. Begitu pun dengan tahun ini, jadi tidak ada yang perlu disesalkan.
Setelah
dua hari hanya berdiam diri di rumah, tiba-tiba datanglah berkah dari langit. ketika
hari berlalu bukan hanya sekedar untuk berlebaran namun juga untuk liburan. Meski
agak sedikit sedih mengingat Tunjangan Hari Raya tak terlihat lagi wujudnya di
dalam dompet, aku bisa menyungging senyum ketika teman lelakiku mengajakku
liburan ke Funland Micky Holiday. Yuhuuu, betapa senangnya diriku mendengar
kabar itu, secepat kilat aku mempersiapkan diri dan mental untuk bertempur
dengan wahana-wahana yang akan memicu adrenalin.
Kami
berangkat 10 Agustus 2013 sekitar pukul 09.00 WIB dari Medan menuju Micky
Holiday yang letaknya di Jl. Raya Medan Berastagi, Sumatera Utara Indonesia, melewati wahana permainan Hill Park. Dengan mengendarai
sepeda motor kami melaju menebas dinginnya suasana pegunungan, meski dingin
begitu menusuk tulang namun terik matahari pun tak kalah membakarnya. Meski begitu
kami tetap bersikukuh untuk sampai ke tempat tujuan, karena ada Helm, masker
penutup mulut, dan jaket yang selalu siap sedia menemani detik-detik roda
berputar menuju titik puncaknya Funland. Demi keselamatan dan juga kenyamanan,
perlengkapan seperti itu harus benar-benar dipersiapkan, bukan hanya mental
yang kudu dipacu.
Sekitar
pukul 13.00 WIB kami tiba di Funland Micky Holiday, terlihat begitu banyak
pengunjung yang berbondong-bondong memenuhi parkiran, bahkan juga di pintu
masuk ketika kami hendak memesan tiket masuk. Dengan hanya empat pintu pembelian
tiket yang disediakan, dan jumlah pengunjung yang membludak di libur lebaran
ini membuat kami harus mengantri panjang dan benar-benar menahan kesabaran. Hingga
akhirnya kami mendapatkan tiket masuk dengan harga Rp. 85.000,- untuk dua orang
Beli satu tiket, antriannya panjang banget |
Setibanya
di dalam wahana permainan impianku ini, rasanya ingin menaiki semua wahana
secara bersamaan, tak perduli mendengar suara teriakan para pengunjung lain
yang hampir memekakan telinga. Untuk permainan pertama kali kami mencoba memicu
adrenalin dengan menaiki wahana dengan nama Twister, perkiraanku
permainan yang seperti piring putar ini sangatlah sederhana, setidaknya tidak
terlalu memicu kekagetan jantungku seperti permainan lain yang terlihat seperti
mengobok-ngobok isi perut. Namun ternyata, aku hampir muntah di buatnya, mata
sudah tak kuat untuk terbuka, jalan pun sudah sempoyongan, padahal ini baru
permainan yang pertama.
Setelah
jantung sudah hampir mereda, aku dan teman lelakiku yang bernama Yusuf Gunawan
ini mencoba permainan yang kelihatannya lebih menegangkan, Sea Moster. Permainan
yang wujudnya seperti gurita sedang marah ini mampu menarik perhatian para pengunjung
hingga antriannya mampu memakan waktu hingga dua jam, luar biasa. Setelah mengantri
cukup lama, akhirnya tibalah giliran kami untuk menugganginya. Wah, suaraku
hampir habis karena terlalu banyak menjerit. Alih-alih takut mati, haha.
Sea Monster |
Setelah
dua kali mencoba permainan yang hampir memberhentikan denyut jantung, akhirnya
kami mencoba permainan yang sedikit lebih santai namun bisa mematikan bagi
mereka yang phobia pada ketinggian. Yaitu Sky Bike, kelihatannya
sangat sederhana, karena hanya bermodalkan dayungan pada lingkaran besar yang
kita tunggangi, namun yang memicu adrenalin di sini adalah ketika kita harus
mampu mendayung lingakaran tersebut mengelilingi jalur yang telah ditentukan
dengan ketinggian yang super sekali, untungnya aku tidak takut pada ketinggian,
namun harus benar-benar mengumpulkan energi untuk mendayung roda tersebut
sampai di jalur tujuan.
Sky Bike |
Akhinya
jantung sedikit mereda setelah tadi sibuk memompanya. Dan kami tidak berhenti
sampai di situ, kami melihat jalur kereta api tepat di atas kepala, dan rasa
ingin tahu untuk mencobanya benar-benar harus terealisasikan. Dan kami pun rela
mengatri panjang sekali demi merasakan hebatnya menaiki permainan Dino
Tracker, permainan dengan jenis
kereta api ini sudah sering aku lihat di televisi, hingga akhirnya aku
memutuskan untuk terus berjuang menghabiskan antrian, bagaimana pun keadaannya
kereta api yang berjalan di jalur langit itu harus bisa aku rasakan serunya.
Dino Tracker |
Dam
akhirnya, Yuuhuuuu…. Kereta melaju dengan kencang, mengikuti jalur yang
berkelok-kelok. Untuk saja tidak ada jalur yang memposisikan kepala di kaki,
jika ada maka bisa tamatlah riwayatku. Jalur yang begitu saja sudah ribuan kali
nama Tuhan kupanggil-panggil, bagaimana jika jalurnya seperti yang kubayangkan
tadi, wah gawat.
Dan
permainan yang membuatku aku jerah adalah permainan T-Trex. Seperti yang
aku takutkan tadi, ketakutanku ketika kepala diposisikan di kaki, akhinya
terjadi juga. Permainan dengan bentuk dinosaurus dengan dua tangan ini seperti
mengamuk. Ia seperti menghempaskan kedua tangannya, dan kamilah yang berada di
sisi tangan yang ia hempaskn itu. Aku tidak bernyali untuk membuka mata, pun
jikalau harus membayangkannya. Perut sudah sangat terasa mual, dan darah rendah
ini sepertinya tidak mau berkompromi padaku lagi. Mataku mulai
berkunang-kunang, jalanan seperti tengah terjadi gempa, sempoyongan. Ampun, aku
tak ingin bermain yang lain-lain lagi.
T-Trex |
Setelah
mulai jerah, hanya Yusuf saja yang melanjutan permainan yang lain. Setidaknya permainan
yang lain diwakilkan olehnya untuk dinaiki. Hematku semua permainan itu sama
saja, sama-sama membuatku gila. Yusuf mulai bermain Dino Egg yaitu
permainan telur dinosaurus yang berputas-putar dengan kecepatan tinggi.
Dino Egg |
Kemudian Yusuf bermain Koomba Dence, aku
hanya bisa menikmati jeritan dia saja dari bawah ketika mesin-mesin ganas itu
hampir membuat jantungnya tak berdegup lagi, namun pria ini masih saja kuat.
Koomba Dance |
Dan
dilanjutkan dengan permainan lainnya yaitu Carnival Gamens,
Carnival Gamens |
Kemudian
diakhiri dengan permainan Space Car (Biasa disebut Bom-Bom Car). Setelah
lelah dengan itu semua, kami bertemu dengan seorang badut. Dan aku menyempatkan
diri untuk berfoto dengannya, lumayanlah ini kali pertama berjumpa badut
sungguhan.
Pose bareng Badut |
Langit
sudah memerah, senja mulai temaram. Waktunya untuk kembali ke kediaman. Rasanya
sudah sangat lelah sekali, namun bahagia juga tak terkira. Suasana mulai hujan,
dingin semakin menjadi-jadi, meski begitu kami harus menerjang jalanan dengan
konsentrasi penuh, karena perjalanan akan terlihat gulita sekali, ditambah
gerimis yang semakin deras. Terlihat hanya ada kendaraan roda empat, macet
panjang. Untungnya dengan sepeda motor kami masih bisa menyalip hingga akhirnya
waktu tidak terbuang lama untuk menunggu kemacetan.
Lelah
hari ini, seperti lelahku berhari-hari di hari raya tahun lalu, ketika
berhari-hari mengunjungi rumah sanak-saudara. Pun dengan Tunjangan Hari Raya,
meski tahun ini terlihat seperti hanya bayangan, namun bahagiaku tahun ini
seperti mendapat Tunjangan Hari Raya selama dua kali hari raya dan ditambah
dengan Tjerita Hari Raya yang tak terlupakan dan bukan hanya sekedar THR berupa
materi saja.
Karena gonta-ganti template. Semua komentar di post ini hilang. Silahkan tinggalkan komentar ya ^^ Terimakasih untuk komentar anda di postingan ini :)
BalasHapus