Berbagi
Pemahaman Lewat Curhat
Judul : Curhat Setan, Karena Berdosa
Membuatmu Selalu Bertanya
Penulis : Fahd Djibran
Penerbit : Gagasmedia
Cetakan : I, 2009
Tebal : xx + 172 Halaman
“Perkenalkan,
namaku Setan!” katanya. Begitulah awal dialog Setan memperkenalkan diri pada
Zira, seorang pria yang menjadi tokoh utama dalam buku serial sastra ini.
“Kau
tahu, kebaikan dan keburukan adalah keniscayaan. Tuhan gagal menjadi dirinya
sendiri jika tak ada yang mewakili keburukan dan kejahatan. Dan, aku
melengkapi. Aku jadi semacam korban.” (Cuhat Setan, h. 126) Keluh setan tentang
bagaiamana Tuhan mengorupsi semua nilai-nilai kebaikan dan memaksa Setan untuk
menanggung dan bertanggung jawab atas semua nilai-nilai keburukan.
Fahd
Djibran, dalam bukunya yang entah bergenre apa ini, mendeskripsikan secara
lugas, tentang apa yang dirasakan Setan selama menjadi Setan. Nah, seakan-akan
si penulis benar-benar nyata berdialog dengannya. Karena jika membaca cerita
pada episode yang memiliki judul yang sama dengan judul besar buku ini, Curhat
Setan, pasti akan mengangguk, mengisyaratkan bahwa apa yang dicurhatkan setan
itu benar, bahwa kita sedang didiktatori oleh Tuhan, tidak memiliki kebebasan.
Zira
di dalam cerita ini juga membenarkan apa yang “diprovokatori” oleh setan, untuk
meruntuhkan kediktatoran Tuhan. Tapi akhirnya terkuak keegosisan dan ketamakan
setan, juga Zira, dikuasai sifat asli manusia yang selalu merasa tinggi
derajatnya daripada setan. Maka jadilah mereka tidak sepaham. Namun siapa
sangka, di ujung cerita episode ini ternyata Zira hanya mimpi.
Di
dalam buku setebal 172 halaman ini, ternyata tidak melulu membahas tentang
curhat-nya Setan. Tapi buku ini layak dikatakan buku curhat, curhat yang
membuat kita bertanya-tanya dan akhirnya mengambil sediri keputusan tentang
pemahaman yang yang disampaikan sosok Zira. Buku ini dikatakan novel tidak,
dikatakan antologi cerpen juga tidak. Buku ini asli tentang curhat, tentang
pemikiran si penulis perihal pertanyaan-pertanyaan yang mengambang mengenai hidup,
cinta dan cara memahami rasa cinta Tuhan pada umatnya.
Di
luar dari pemahaman tentang celoteh-celoteh Setan. Buku yang memiliki gaya
bahasa yang manis ini juga menceritakan tentang kisah cinta Zira dengan seorang
gadis bernama Marva. Gadis yang selalu setia menemani Zira kapan dan
bagaimanapun keadaannya, meski dalam keadaan sakit yang divonis tak memiliki
umur panjang lagi, Marva selalu menyemangatinya, selalu ada di sisinya
menggenggam erat tangan Zira.
“Sayang, seandainya kau menjadi mantan
pacarku nanti. Tentu kau akan lebih sibuk bermain dengan anak-anakku, mendidik,
dan membesarkannya. Seandainya kau menjadi mantan pacarku nanti, tentu kau akan
menjadi istriku. Satu-satunya. Yang paling kucintai.” (Marva, h. 149)
Sekalipun
dari judul bukunya terkesan seperti mengatakan bahwa isinya “beneran” curhat
setan, dan menarik pembaca yang penasaran untuk membacanya, tapi ternyata
tidak. Meski begitu, buku bersampul putih dengan tulisan jurul berwarna merah
ini tetap memiliki sisi menarik di dalamnya. Tentang pemahaman kisah cinta Zira
dan Marva yang sangat haru. Ah, cinta. Selalu menarik untuk diperbincangkan.
Seperti harunya Zira di dalam puisinya,
Bila
Sampa Waktuku
Bila sampai waktuku,
Biarlah kau duduk di samping
kananku
Meminta sabar anal-cucuku
Menceritakan cintaku padamu
Yang tak kenal batas waktu
Bila sampai waktuku,
Biarlah kutaburkan kembang di
makamku
Menuntaskan janji-janjiku
Melengkapkan kesetiaanku padamu
Yang mengekalkan rasa rindu
Bila sampai waktuku,
Biarlah kau duduk di kursi kayu itu
Menatap gambar-gambar diriku
Mengabadikan kisah-kisah cintaku
padamu
Yang melampaui ruang – melampaui
waktu. (Bila Sampai Waktuku, h. 151)
Berisi
30 episode cerita yang tak perlu waktu lama untuk menyelesaikannya, karena
cerita di setiap episodenya tidak terlalu panjang, dan akan dikejutkan dengan
rasa yang berbeda bila berlanjut ke episode selanjutnya. Namun untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di dalam buku ini, pembaca harus lebih paham dulu bahwa
pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya dipertanyakan untuk pembaca itu
sendiri. Maka mari bertanya pada diri sendiri, mengapa dan untuk apa kita hidup
di dunia ini? Temukan “lima mengapa” di
dalam buku ini yang tentunya akan membuat kalian selalu ingin bertanya, dan
menemukan dosa-dosa, karena berdosa membuatmu selalu bertanya.
Resensor:
Rezita Agnesia Siregar #RainAffair @agnesiarezita
menarik :))
BalasHapustapi gimana caranya dia bisa tau apa yang setan rasakan..
kan setannya cerita tentang perasaannya..
Hapusbaru tau ada buku begini.. hahaha kocak sih judulnya..
BalasHapustapi pas gue baca review lu, ternyata campuran, antara curhat dan cinta hihi..
novel tanpa cinta kayak ada yang kurang ya?
he'eh, malah yang bikin buku ini keren malah cerita cintanya, bukan setannya.
HapusMenarik,,setuju juga sama yoga novel tanpa cinta kayak ada yang kurang :)
BalasHapushidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga haha
Hapus