|
Ingatlah hari ini |
Akhirnya,
sampailah aku di masa-masa menjadi mahasiswa semester akhir yang kini resmi
menjadi “pengacara” alias pengangguran banyak acara. Setelah mata kuliah di
semester tujuh selesai, bukan berarti bisa santai, justru malah setelah mata
kuliah sudah habis begini, aku dan teman-teman sejawat lainnya harus lebih fokus
pada skripsi.
|
Menunggu di depan UIN SU |
Sebelum
nantinya aku dan teman-teman di jurusan Ahwal Syakhsiyah atau Hukum Perdata
Keluarga-B di UIN Sumatera Utara bakal sibuk-sibuknya dengan skripsi dan
pastinya sudah bakal tidak ada waktu untuk kumpul bersama lagi, maka kami
memutuskan untuk liburan terakhir. Meski kami berharap ini bukanlah liburan yang
terakhir.
|
Kumpul di Rumah Tikka |
Setelah
selesai mengikuti ujian semester akhir, hari sabtu tanggal 10 Januari 2015 kami
memutuskan untuk menghabiskan uang kas dengan cara bakar-bakar ayam dan ikan. Kami
memilih lokasi liburan di Pantai Putra Deli, sekalipun hanya pantai sederhana,
yang terpenting adalah suasana ngumpulnya.
|
Perjalanan menuju Pantai Putra Deli |
Lokasi
Pantai Putra Deli kebetulan tidak jauh dari rumah Tikka. Karena itu, sebelum
menuju ke pantai, kami berkumpul di depan kampus, sembari menunggu carteran kereta (baca: Sepeda Motor),
karena kami kekurangan kereta, maka harus menyewa satu kereta lagi agar semua
teman-teman bisa ikut. Setelah kereta yang ditunggu-tunggu datang beberapa jam setelah
menunggu, akhirnya kami bergegas menuju rumah Tikka sekitar pukul sepuluh pagi.
Padahal janjinya pukul delapan.
|
Melewati pelabuhan nelayan |
Kami
berangkat dengan kereta masing-masing ditumpangi dua orang, sekitar ada 15
kereta. Bayangkan saja dengan 15 kereta lebih kami berangkat beriringan, sudah
seperti mau konvoi saja. Dalam perjalanan liburan kali ini, ada satu hal yang
sangat aku sesalkan. Kenapa bisa pula kami tersesat menuju Pantai Putra Deli,
padahal aku hampir berkali-kali berkunjung ke sana, dan dalam perjalanan ini
hanya aku yang berstatus asli orang Medan, lainnya adalah anak perantauan. Haha
betapa bodohnya.
|
Pintu masuk pantai Putra Deli |
Maka
setelah menelusuri jalan yang jauh, musing-musing tak menentu, akhirnya kami
bertanya pada anak sekolah yang tengah melintas, sampai akhirnya kami tahu
bahwa kami jalannya keterusan, padahal seharusnya kami belok haha, gara-gara ngikuti jejak Rahman nih.
|
Tiket masuk Pantai Putra Deli |
Dan
akhirnya, setelah terbakar terik matahari, kami sampai di rumah Tikka. Namun
perjalanan belum sampai di situ, kami harus menempuh Pantai Putra Deli dari rumah
Tikka sekitar tiga puluh menit. Setibanya di pintu gerbang pantai, kami
membayar tiket masuk dengan harga Rp 5000/kereta.
|
Suasana Pantai Putra Deli |
Suasana
pantai tidak seramai seperti saat terakhir aku liburan ke sini beberapa waktu lalu,
airnya juga tidak terlalu buruk. Untuk sampai ke tepi pantai dengan pasir putih
yang bersih, kami harus menempuh jembatan yang harus punya pertahanan jantung
yang lebih baik untuk melewatinya. Dengan susunan kayu yang mungkin akan patah
kalau dilewati dengan berlari ini, kami melaluinya dengan sangat hati-hati.
|
Aku di jembatan |
|
Lama tak selfie bertiga |
Ternyata
ada hal yang sangat simple namun jadi
rumit urusannya kalau dilupakan. Acara bakar-bakar tanpa panggangan. Yah,
itulah yang terjadi pada liburan kali ini. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut,
kami membakar ikan dengan bantuan kayu-kayu yang dililit dengan batang muda
rerumputan, wah luar biasa sekali. Dan ternyata dengan tidak adanya panggangan
tersebut tidak menjadikan kami putus asa untuk menikmati masa-masa terakhir
liburan di semester akhir ini.
|
Bakar-bakar nih |
|
Bakar-bakar tak pakai panggangan |
Dan
setelah selesai membakar-bakar ayam dan ikan, kami dengan leluasa menikmati
santapan lezat tersebut. Di bawah pepohonan rindang bersama semilir angin
pantai yang sepoi-sepoi, ayam dan ikan habis terlahab. Aaaahh setelah kenyang,
masuklah ke sesi dimana menikmati air pantai. Aku sebenarnya tidak niat untuk
berenang, tapi iseng orang ini menarik semua teman-teman di pantai. Aku yang
sedang asik motret saja kena imbas. Alhasil basah semua baju, celana pakai
koyak pula. Mana gak bawa baju ganti lagi. Asem kali orang ini haaa. Untungnya
Tikka berbaik hati meminjamkan baju full
set.
|
Sebelum diceburin |
|
Setelah diceburin |
Aku
bahkan tak pernah menghayalkan bakal seperti ini, aku hanya membayangkan
liburan kali ini aku ikut andil dalam suasana bakar-bakar, lalu motret panorama
atau bahkan menikmati suasana semilir pantai favoritku. Ini lain hal yang
terjadi, aku yang awalnya kesal diceburkan ke pantai, akhirnya malah
menikmatinya. Bersama semua teman-teman yang basah kuyup karena ulah jahil
mereka, kami bermain bola air dengan formasi lingkaran. Aku sangat menikmati,
sungguh aku tidak pernah sedekat ini dengan mereka. Dan yang aku sesalkan
kenapa di akhir-akhir pertemuan begini, aku baru merasakan kebersamaan ini.
|
Bermain bola di air |
Sampai
akhirnya, matahari mulai tergelincir. Langit mulai mendung, awan mulai
menghitam, angin mulai tidak bersahabat, kami memutuskan untuk pulang. Masalah
sesat tersesat ternyata belum selesai, beberapa teman lainnya lagi-lagi
tersesat saat perjalanan menuju rumah Tikka. Dalam keadaan langit sudah mulai
gelap, azan maghrib juga sudah berkumandang, burung-burung yang hinggap di
pepohonan mulai berterbangan karena tahu petir akan menggelegar. Tapi tidak
berlangsung lama, akhirnya teman lain bisa menemukan keberadaan mereka.
|
Single banget haha |
Malam
datang, suasana pedesaan di rumah Tikka memperlihatkan betapa gelapnya kota lubuk
pakam saat malam. Langit hitam sore tadi menunjukkan titik terang bahwa malam
akan turun hujan, Sampai pada akhirnya, rintik hujan mendebam deras keatap-atap
rumah, angin malam semakin menusuk kulit. seusai makan malam dan beres-beres,
kami memutuskan pulang setelah hujan reda. Menembus dinginnya malam, lima belas
kereta lebih menerjang malam dan membelah angin. Dan ternyata hujan tidak
benar-benar berhenti, di tengah perjalanan meninggalkan Lubuk Pakam, hujan kembali
datang. Dan membawa kami semua kembali tersesat. Selalu begitu, dingin membuat
badan semakin menggigil, namun kebersamaan ini membuat malam ini tetap hangat. Dengan
bertanya-tanya dengan banyak orang, akhirnya kami bisa keluar kota Lubuk Pakam
dan sampai di kota Medan.
|
Siluet apantai Putra Deli |
Aku
sampai di rumah sekitar pukul 21.00 WIB. Sekalipun tubuh basah akan hujan,
dingin membekukan badan, aku tetap lelap dengan kehangatan. Berakhirnya liburan
terakhir di semester akhir ini semoga
membuat aku dan teman-teman lainnya semakin semangat menyelesaikan skripsi dan
mencapai target wisuda bulan Mei. Semoga. Sampai jumpa di Mei 2015 dengan toga
kebanggaan kita.
Waaaa.. Acara manggang-manggang apalagi sama kawan tuh pasti paling enak ya. Aku pun udah lama ngga kek gitu. Kawan kampus ku uda pada kerja di luar Medan. Ihik.
BalasHapusseru banget nih pasti. akan menjadi salah satu kenangan yang manis pasti :)
BalasHapusJadi Kangen masa" liburan akhir sama temen kuliah,, Ke Kebun Teh Sidamanik , naik Kereta Pulang Hingga jam 12 malam,, hahahah
BalasHapusiya kalau wisata itu seneng yang gaseneng kulit langsung deh jadi item padahal susah banget buat mutihin kayak gini
BalasHapus