di tepian Danau Lau Kawar terdapat ikan-ikan kecil yang mengundang rasa penasaran wisatawan
|
Danau Lau Kawar terletak di bawah kaki Gunung Sinabung, tepatnya
di Desa Sigarang-Garang Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Danau ini menyimpan banyak misteri, untuk mengungkap misteri yang kian menimbun
tanda tanya, aku dan kelima temanku melakukan perjalanan dengan menelusuri
danau eksotik ini.
Akses Menuju Danau Lau Kawar
Akses Menuju Danau Lau Kawar
Aku dan kelima temanku berpelesir dari Medan ke Danau Lau Kawar
menggunakan sepeda motor, jarak tempuh empat jam, kami berangkat pukul 09.15
WIB. Nah, untuk yang tinggal di luar Medan, bisa langsung melancong ke Medan
dengan pesan tiket pesawat di Airpaz.com, mumpung lagi banyak promo loh.
Setibanya di Bandara International Kualanamu Medan, langsung naik taxi menuju
Simpang Pos dengan tarif sesuai ketentuan. Lalu setiba di Simpang Pos sambung
lagi menaiki Bus Sinabung, kemudian turun di Simpang Berastagi dengan ongkos
Rp. 12.000/orang, dari simpang Berastagi naik angkutan lagi menuju pintu masuk
Lau Kawar. Di simpang Berastagi banyak kok angkutan yang menunggu. Bisa
langsung minta antarkan, itu pun kalau angkutannya sudah penuh sebanyak 16
orang, istilah lainnya “Nyari Temen” Ongkosnya Rp. 4000/orang. Nah jika
orangnya sedikit, ya bisa kompromikan deh harganya sama pak supir.
Sisi Danau Lau Kawar dipagari besi agar melindungi wisatawan |
Harga Tiket Masuk dan
Logistik
Pukul 12.30 WIB kami di musholah yang tak jauh dari Danau Lau
Kawar untuk melakukan sholat zuhur dan membeli makan siang di seputaran masjid
tersebut. Harga nasi perbungkusnya Rp 15.000,- bagi muslim tak perlu khawatir,
rumah makan di sekitaran Lau Kawar mayoritas beragama muslim.
Tepat pukul 15.00 WIB sampailah kami di bibir pintu masuk Danau
Lau Kawar. Lalu membayar dana perawatan danau Rp 4.000,- perorang serta biaya parkir
Rp 5.000,- perkendaraan. Kami langsung terkesima seketika melihat keindahan
Danau Lau Kawar, sisi Danau Lau Kawar di pagari besi sederhana, agaknya
menangantisipasi pengunjung yang bisa saja berenang tanpa alat bantu. Di sisi kiri
Danau Lau Kawar, terlihat jelas Gunung Sinabung tepat di depan mata, awannya
yang mengepul menambah indahnya gunung favorit pecinta alam ini.
di tepian Danau Lau Kawar terdapat ikan-ikan kecil yang mengundang rasa penasaran wisatawan |
Asal Mula
Terbentuknya Danau Lau Kawar
Pada awalnya Danau Lau Kawar adalah sebuah pedesaan bernama
Kawar. Menurut cerita Rahman, selaku warga desa sekitar yang sudah menetap
sejak lama, dahulu ada seorang anak yang disuruh ibunya untuk mengantarkan nasi
kepada neneknya yang sedang sakit, namun di tengah perjalanan, nasi dengan
daging ayam di dalamnya dimakan oleh si anak tersebut dan tinggallah tulangnya
saja. Lalu dibungkusnya ulang dan anak itu kembali berjalan menuju rumah
neneknya yang juga sedang menunggu kedatangan anak tersebut. Sesampainya anak
itu, nenek membuka bungkusan nasi tersebut ternyata isinya hanya tinggal tulang
dan tak ada sisa untuk disantap, Sang nenek pun marah. Dengan kemarahannya,
nenek tersebut menangis sejadi-jadinya sembari bersumpah bahwa desa tersebut
akan tenggelam karena kedurhakaan cucunya tersebut. Kemudian datanglah bencana
alam gempa lalu hujan yang lebat hingga akhrinya tenggelamlah desa tersebut
menjadi sebuah danau, warga tersebut menyebutnya dengan nama Danau Lau Kawar.
Lingkungan yang asri dan sejuk membuat wisatawan betah berlama-lama di Danau Lau Kawar |
Air Memerah, Nyawa
Melayang
Beredar mitos yang mengabarkan bahwa jika mandi di Danau Lau
Kawar saat airnya berwarna merah maka yang mandi tersebut akan hilang.
Berdasarkan kesaksian Rahman, mitos tersebut bukanlah isapan jempol belaka,
karena peristiwa tersebut memang pernah terjadi sekitar sepuluh tahun silam.
Kabarnya Danau Lau Kawar yang memiliki kedalaman 40-50 meter tersebut meminta tumbal
anak laki-laki dalam jangka waktu setahun sekali.
Sebab danau ini meminta tumbal dikarenakan dahulu ada sebuah
keluarga kecil yang tidak memiliki keturunan, keluarga ini melakukan pesugihan
pada penghuni Danau Lau Kawar. Imbalannya Keluarga tersebut harus memberikan
tumbal jika anaknya sudah lahir. Namun, saat keluarga tersebut lupa untuk
memberikan tumbal, akhirnya penghuni Danau Lau Kawar tersebut mengambil anak
mereka sebagai tumbal dan mengambil siapapun yang berenang saat air berwarna
merah.
Itulah sebabnya kenapa Danau Lau Kawar meminta tumbal. Kabar
baik untuk pecinta Danau Lau Kawar bahwa warna air sudah tidak pernah berubah
memerah, dan sudah tidak pernah lagi terjadi warga hilang karena termakan
lengkungan danau. Kabar baik tersebut semakin menambah daftar positif Danau Lau
Kawar.
Fasilitas Speed Boat kecil untuk wisatawan mengelilingi danau |
Pemandangan pegunungan yang membuat mata sejuk |
Akomodasi di Danau
Lau Kawar
Di tepian Danau Lau Kawar para wisatawan bisa mendirikan tenda
dan bermalam, keesokan harinya bisa meikmati sunrise dari Ujung Danau Lau Kawar. Selain itu, di Danau Lau Kawar
menyediakan fasilitas Speed Boat kecil
dengan tarif Rp. 100.000/kapal kapasitas sepuluh orang, dengan begitu kita
sudah bisa menyusuri Danau Lau Kawar yang begitu eksotiknya. Dan di sini juga
disediakan kamar mandi umum, dilengkapi juga dengan adanya warung-warung kecil
yang tentunya akan sangat membantu bila kita kehabisan logistik.
Tempat asyik untuk berkemah di atas rumput hijau |
Disediakannya jalan setapak bagi wisatawan yang ingin berjalan menikmati sisi Danau Lau Kawar |
Setelah tanda tanya besar tentang misteri Danau Lau Kawar
terjawab sudah oleh penduduk asli di sana, kami bergegas pulang. Usai sudah
menelaah pertanyaan besar tentang misteri satu tempat wisata ber-genre danau dan featuring pegunungan.
Indonesia tidak akan ada habisnya untuk dinikmati, aku masih
ingin mengeksplore keindahan Indonesia. Jika Allah memberikan kesempatan aku
ingin berwisata bahari ke pantai. Menikmati pasir putih dan air laut yang biru.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Jadi pengen kemah disana, eh sekarang cemana danau ini? masih boleh didatangi wisatawan? heheh semoga menang ya nez :D
BalasHapusmasih boleh kok bang. Aamiin makasih ayah cheta :)
HapusWah sungguh menakjubkan ya berwisata ke daerah" Indonesia, apalagi kita juga pergi berwisata Ranah Minang yang merupakan kampung halaman saya juga hehe...
BalasHapusIya sangat menakjubkan :)
BalasHapusnice sharing mba, cerita travel yang menyenangkan, smoga menang yoh
BalasHapus