Mengadu Kepada Bapak
Agnesiarezita
Pak, petang kemarin hujan datang dengan gagah
pikirku siapa yang datang mungkin menjemput senja
pikirku siapa yang datang mungkin menjemput senja
nyatanya hujan menjemputmu lantang
ah, siapa dia berani-beraninya
merebutmu dariku yang sedang sayang-sayangnya
pak, jelaskanlah!
sore kemarin kalian kemana?
kenapa hari ini belum kembali?
Rumah Duka, Oktober 2016
Meretas Hujan
Agnesiarezita
Suatu ketika hujan datang (lagi)
mengguyur tandus hatimu yang gersang
aku termangu sebab menunggu semi
hujan kan hilangkan cemas, katamu
kataku, hujan malah membuat rinduku kian sembilu
benar saja, berkali-kali hujan kuretas pecah
aku termangu sebab menunggu semi
hujan kan hilangkan cemas, katamu
kataku, hujan malah membuat rinduku kian sembilu
benar saja, berkali-kali hujan kuretas pecah
kau tak datang jua
Rumah Duka, Oktober 2016
Dengan atau Tanpamu
Agnesiarezita
Malam itu di tengah kota pada hujan deras mendera
masih kurasa hangat genggammu diantara rumung manusia
pun masih kurasa kini
meski saat terbangun dari lamunku
tak ada tanganmu genggam aku
Medan, Oktober 2016
Pertemuan Sepasang Mata
Agnesiarezita
Terkadang aku ingin menjadi matamu
yang saat aku tak terjaga; selalu menjagaku
yang saat kudapati matamu; seolah acuh
aku ingin tahu bagaimana caramu memperhatikanku
yang saat kudapati matamu; seolah acuh
aku ingin tahu bagaimana caramu memperhatikanku
ketika sepasang mata kita bertemu
Medan, Oktober 2016
Baca puisi teman-teman lainnya di sini :)
Puisinya bagus
BalasHapusBagus-bagus... dan yg soal bapak itu bikin saya keinget bapak juga jadinya. Hehe
BalasHapusAnyway, salam kenal Agnes. :)