Storytelling adalah cara yang
dilakukan untuk menyampaikan suatu cerita kepada para penyimak, baik dalam
bentuk kata-kata, gambar, foto, maupun suara.
15 April kemarin,
Blogger Medan bersama Bank Sumut kembali menggelar Durian (Diskusi Ringan Anak
Medan) di PRSU (Pekan Raya Sumatera Utara) tepatnya di stand Bank Sumut. Kalau
biasanya membahas tentang blogging,
April ini Blogger Medan membahas tentang storytelling.
Bukan hanya Durian,
Bank Sumut juga mengadakan lomba blog dan video tentang menabung. Lomba ini
bersifat nasional, jadi bukan hanya orang Sumut yang berpartisipasi. Hadiahnya
kece banget, lumayan tabungannya bisa buat modal nikah *loh, ngebet banget
haha*
Nah, materi storytelling ini dibawakan langsung oleh
Pak Erwinsyah. Seorang Mantan Sekretaris Ikatan Jurnalis
Televisi Indonesia (IJTI) Korda Sumbagut, kini menjabat sebagai Pimpinan Public Relation Bank Sumut.
Pak Erwinsyah, Pimpinan Public Relation Bank Sumut |
Pak Erwinsyah menyatakan bahwa ada tiga
format storytelling, yaitu Visual,
Audio dan Teks. Di dalam visual harus terdapat unsur ekspresi, gesture dan moment. Pada audio harus
terdapat intonasi, backsound dan sound effect serta di dalam teks harus
terdapat narasi, deskripsi maupun diksi.
Untuk bisa menyampaikan storytelling yang menarik, harus
memasukkan beberapa unsur yaitu marah, cemas atau takut, sedih atau haru,
gembira dan tertawa. Pembawaannya pun harus disertai dengan penuh penghayatan.
Deskripsi dan ekspresi harus benar-benar seolah nyata agar pendengar atau
pembaca benar-benar hanyut dalam cerita.
5 Unsur yang Harus Dipersiapkan
Sebelum Memulai Storytelling
1. Pertajam Pengamatan
1. Pertajam Pengamatan
Untuk menghasilkan storytelling yang
baik, pembawa cerita harus benar-benar sudah melihat langsung bagaimana sesuatu
itu terjadi sebelum akhirnya dapat disampaikan lewat kata-kata. Detail
memperhatikan bentuk, jarak, warna, suasana alam, suasana hati dan pergerakan.
Sebagai contoh: Saya memasuki rumahnya yang berbentuk perahu dengan ruang tamu
seluas lapangan basket.
2. Pertajam Penciuman
2. Pertajam Penciuman
Mendeteksi aroma dengan seksama.
Kemudian kembali diceritakan dengan ilustrasi perumpamaan agar pembaca memahami
seperti apa bau dan wangi yang dideskripsi. Contoh: Peserta workshop berkulit
hitam legam itu datang terlambat. Ia duduk di sebelah saya dan di barisan
belakang. Seketika saya mencium aroma tak sedap. Sulit melukiskan bau tubuhnya,
mungkin seperti amis bangkai ikan bercampur anyir nasi basi. Entahlah, yang
pasti rasa mulal sudah tak tertahankan. Diam-diam saya beringsut, lalau berlari
ke toilte, memuntahkan seluruh isi perut. “huueek”
3. Pertajam Pendengaran
3. Pertajam Pendengaran
Mendengarkan suara atau bunyi serta
mampu membedakan bermacam-macam bentuk suara. Kemudian menjelaskannya kembali
seperti apa yang terdengar sebagaimana mestinya. Contoh: “Dor!” suara tembakan
menggelegar, memecah keheningan malam. Satu butir timah panas menembus
jantungnya. Pelau begal itu terkapar bersimbah darah. Jumat dini hari, di Jalan
A.
4. Pertajam Rasa dengan Lidah
4. Pertajam Rasa dengan Lidah
Pertajam rasa yang langsung mencicipinya
dengan lidah. Contoh: Perlahan lidahnya menjulur mencicipi kuah Soto Medan.
Aroma bumbu yang kuat dan rasa santan yang gurih bercampur pedas memaksa
matanya berkejab-kejab menahan nikmat, “Hmm, gila Coy! Maknyus..” cetusnya
setengah histeria.
5. Pertajam Rasa dengan Raba
5. Pertajam Rasa dengan Raba
Menggunakan kulit tubuh sebagai reseptor
khusus (sensorik rangsangan) untuk merespon sentuhan, rabahaan, tekanan,
benturan, sayatan, dan suhu lingkungan. Contoh: matahari persis di atas
ubun-ubun ketika Sofie keluar dari mobil. Panasnya yang terik seperti setrika
membakar kepala. Wajah dan lengannya yang putih seharus sutera seketika
memerah. Sofie meringis menahan perih.
Kemudian yang paling penting di dalam storytelling adalah Dialog. Karena dialoglah
yang membuat cerita tersebut serasa hidup. Tidak monoton deskripsi ataupun
narasi. Tentunya sebuah storytelling
harus memiliki alur cerita, dan di setiap cerita pasti memiliki alur yang
berbeda-beda. Ada yang alur maju, alur mundur atau bahkan alur campuran.
Di dalam cerita perjalanan biasanya digunakan
alur maju, yang mana didalamnya mungkin jarang sekali ada konflik. Namun, di storytelling yang biasa berkembang
terdapat konflik sebagai “media kejut” bagi pembaca. Yang kemudian diakhiri
dengan ending yang bisa sedih,
gembira atau ending yang biasanya
pembaca diminta untuk menyimpulkan sendiri ending-nya.
Durian kali ini cukup berbeda, tidak
hanya bersifat materi persentase. Pak Erwinsyah juga mengajak para Blogger
untuk ikut mendengarkan sebuah storytelling
tentang orangtua. Para blogger diminta untuk menundukkan kepala serta dengan
seksama mendengarkan storytelling
yang dibacakan bersama musik penyejuk hati.
Tidak sedikit blogger yang hanyut dalam
cerita tersebut, menangis dan sesenggukan. Termasuk aku. Yeaah, bagaimana
tidak. Storytelling tentang orangtua
memang selalu berhasil membuat pendengarnya hanyut akan sungai air mata.
Setelah materi storytelling usai, masuklah pada sesi pembacaan Pemenang Lomba Storytelling blog & video
competition. Alhamdulillah namaku keluar sebagai juara utama. Berkah ngeblog,
semoga tokoh utama di dalam tulisan yang aku kisahkan tenang di alam sana.
Alfatihah.
Terimakasih Bank Sumut & Proud of
Blogger Medan
“Anda boleh membaca 1000 buku cara
menulis cerita, tapi anda tidak akan pernah bisa menerbitkan satu cerita pun jika
anda tidak berani mencobanya.”
Pertajam hati dengan cinta ({})
BalasHapusCiee yang juara 1 Story telling
BalasHapussayang banget kemarin aku rada agak demam, jadinya nggak bisa main ke booth Bank Sumut di PRSU
Asli keren pak Erwinsyah di Durian kemarin :D
BalasHapuswah sayang ya saya ngak ikutan
BalasHapusWaaah selamat ya mbak Ney :) tulisannya juara niyee..
BalasHapusSeru banget bisa ikut pelatihan storytelling, menang lombanya pulah. Selamat ya mbak.
BalasHapus