#MemesonaItu Work with Your Passion |
Di kalangan anak SMA yang labil,
memasuki universitas menjadi ajang ikut-ikutan. Seperti terkesan tidak ingin
berpisah dari kawan. Padahal sebenarnya dimana saja belajar, kita tetap bisa
berteman. Begitulah pesan Ibuku.
Kemudian aku cari tahu sendiri, pasal
apa yang membuat mereka enggan mendaftar di universitas ini. Dan setelah kutahu
jawabannya, untuk apa aku ikuti jejak mereka?
Ya, ternyata benar. Universitas ini “tidak
beken” lebih tepatnya tidak hits. Lebih parahnya lagi, mereka memposisikan
universitas ini sebagai pilihan terakhir bila mereka tidak lulus di universitas
idaman mereka.
Baiklah aku paham, aku menyadari persepsi
masing-masing diri. Apakah kampus kamu termasuk kategori seperti ini?
Tapi aku percaya, bukan universitas yang
akan menempah kita menjadi “manusia” tapi kita sendiri, bagaimana kita membawa
diri menjadi manusia yang lebih mumpuni.
Di semeseter awal, aku mengikuti
organisasi Pers Mahasiswa. Aku seperti menemukan dunia baru, belajar bagaimana
menulis berita, mengedit, memotret bahkan mendesain.
Kemudian aku mendalaminya, memfokuskan
diri dalam dunia menulis dan memotret, aku menyukai keduanya tanpa ada
keinginan untuk hanya fokus dari satu diantaranya. Aku ingin mengembangkan moto
hidupku “Taken with Mood & Written
with Love” dan aku seperti menemukan jurusan baru di universitasku.
Di tengah perjalanan kuliahku, aku
kembali mengingat alasan teman-temanku untuk tidak memilih universitas ini. Ya mungkin aku sudah terjebak, pada pilihan yang seharusnya tidak aku pilih. Aku
berada di jurusan yang tidak aku senangi. Tapi kemudian aku sadar, bukan
universitasku yang salah, aku yang tidak mampu memfokuskan arah. Bidikanku
manual, pandangku buram hingga akhirnya hasil motretku blur.
Tapi satu hal yang aku percaya kenapa
Tuhan mencebloskan aku di universitas ini, yaitu aku dipertemukan dengan dunia
yang akhirnya membuatku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.
Aku belajar menulis dan motret bukan
karena tuntutan SKS, melainkan tuntutan passion.
Ya, aku menemukan passion-ku di sini.
Di Organisasi Pers Mahasiswa yang aku kenal sebagai jurusan kedua di
universitas tempatku bernaung.
Waktu bergulir sesuai detak-detik waktu.
Aku lulus sebagai Sarjana Hukum, aku juga “lulus” dari jurusan Jurnalistik di
organisasi Pers Mahasiswa. Hari itu, aku memiliki “dua” gelar.
Setelah lulus, aku langsung bekerja di
tempat yang memang membutuhkan aku sebagai pegawainya. Mungkin karena label
Sarja Hukum yang terpampang jelas di belakang namaku.
Tetapi, lambat laun aku bekerja, aku
tidak menemukan kenyamanan dan aura diriku di dalam hari-hari yang aku jalani.
Aku seperti robot yang bekerja hanya karena tuntutan gelar, aku merasa ini
bukan duniaku.
Selama bekerja, aku masih terus menulis.
Mendalami kesukaanku ketika di organisasi dulu. Setelah lulus, majalah dan
website kampus tidak lagi menjadi media belajarku, melainkan kini berganti
menjadi blog pribadiku.
Aku mulai berfikir untuk resign dari pekerjaanku dan mencari
pekerjaan sesuai passion-ku, tapi aku
takut memulai. Aku takut menganggur, bagaimana bila tidak mendapatkan
pekerjaan? Itu pemikiran yang lumrah sekali. Tapi, aku tidak henti mencari,
sampai aku benar-benar berhenti dan berkata dalam hati, “Ya, ini yang aku
cari.”
Kemudian, aku memberanikan diri untuk
melamar pekerjaan di perusahaan yang sama sekali tidak membutuhkan sarjana hukum.
Dengan pengalaman sebagai jurnalis kampus, bermodal portofolio tulisan dan hasil foto di majalah kampus, aku berangkat penuh
percaya diri.
Aku dengan cakap memperkenalkan diriku,
mempresentasekan portofolioku dengan detail. Sungguh, aku seperti seseorang yang
tengah menjual diri kala itu. Selama aku memang benar bisa melakukannya, aku katakan
“Ya, aku bisa.”
Dan, aku diterima.
Aku resign
dari tempat kerja lamaku, yang menjanjikan masa depan cerah. Yang mana semua
orang ingin berada di posisiku, membayar mahal untuk duduk di tempatku, tapi
aku sama sekali tidak menginginkan itu. Pegawai Honor. Masa depan pegawai honor
yang akan diangkat jadi PNS. Sampai kapan akan menunggu? Entahlah, yang pasti
aku sudah memilih untuk duduk di kursi yang saat ini sudah aku pilih.
Hari ini, aku bekerja tidak dengan ijazah
Sarjana Hukum melainkan “Ijazah” organisasiku. Aku menjadi seorang Copy Writer di Perusahaan Periklanan
ternama di Sumatera Utara, meski tidak ada yang menjamin bagaimana masa depan
seorang Copy Writer, tapi inilah
pilihanku. My Passion make me be creative
and to be productive.
Bermodal portofolio yang bahkan dulu
tidak kusadar akan sebegini penting jadinya. Dulu, aku menulis memang karena
aku suka, aku memotret memang karena kucinta.
Yang lebih membuatku takjub. Kini aku
menjadi seorang Female Photographer
di Medan. Meski kebanyakan seorang fotografer adalah pria, tapi aku tidak pernah
mempermasalahkan itu.
Aku kira kesenanganku saat memotret
hanya berakhir di majalah dan website kampus. Ternyata kini beralih ke dunia
komersil, aku menjadi fotografer prewedding
dan wedding. Namun, aku tidak
meninggalkan hobiku yang menggilai Street
Photography, aku masih terjun ke tempat-tempat yang tidak didatangi
perempuan pada umumnya, aku membidik apapun yang ingin aku bidik, kehidupan
jalanan yang patut kita bekukan, potret jalanan yang tentu sarat akan seni dan
semua itu aku lakukan tentu dengan kesenangan. Karena aku percaya, menjadi
berbeda itu anugerah.
Akhirnya aku percaya, universitas tidak
mutlak menempah mahasiswanya menjadi cerdas, tetapi mahasiswanya lah yang harus
bersikeras mejadikan dirinya cerdas. Dan kepercayaan diriku, membuat diriku
bangga aku pernah jatuh dan utuh secara bersamaan.
Dan bagiku, #MemesonaItu kita berani
teguh pada pilihan yang telah kita kukuh. And
now i’m work with my passion.
Nah,
untuk menjadi #MemesonaItu kita cukup melakukan sesuatu sesuai dengan passion diri kita. Jangan lihat
kelebihan orang lain, lihatlah kelebihan diri sendiri, lalu kembangkan.
Bagaimana caranya agar fokus pada passion
diri? berikut tipsnya:
Menjadi #MemesonaItu sesungguhnya mudah, jadilah diri sendiri namun tetap menjaga penampilan. Lakukan kegiatan yang bermanfaat sesuai dengan passion yang kita bisa, jangan memaksakan diri jadi orang lain. Karena sesuatu yang dipaksakan akan terlihat tidak baik hasilnya. Sebaliknya, sesuatu yang dikerjakan dengan tulus makan akan terpancar pula hasil baiknya.
Seimbangkan inner & outer beauty |
Perempuan tentunya adalah makhluk yang
cantik, itu adalah lumrahnya perempuan. Kalian pasti pernah dengar lagu “Kamu
cantik cantik dari hatimu..” Nah, kecantikan bukan hanya terlihat dari fisik,
tapi juga dari hati, jika hati kita sudah cantik, maka kecantikan yang tulus
akan terpancar dari dalam diri kita. Itulah inner
beauty dan meskipun inner beauty
itu ada, bukan berarti tidak mementingkan penampilan dong. Kalau kita bisa
membuat orang lain memandang kita nyaman, itu sesuatu yang baik juga kan. Jangan
mau berpenampilan asal-asalan hanya karena berfikir inner beauty akan terpancar. Sebab inner dan outer beauty
itu sebenarnya harus seimbang loh.
Banyak sekali orang yang tidak percaya
pada dirinya sendiri hanya karena melihat dirinya tidak lebih baik dari orang
lain. Padahal setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing,
seharusnya kita percaya bahwa kelebihan dari diri kita belum tentu dimiliki
oleh orang lain yang kita anggap memiliki kelebihan.
Bersama Gubernur & Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam acara Kopdar bersama Blogger |
Caranya hanya satu, bersyukur. Bersyukur
akan membuat kita lebih percaya diri, maka setelah itu mulailah melangkah
meraih mimpi. Lakukanlah hal-hal yang kita sukai, tonjolkan sesuatu yang
menjadi passion kita. Beranikanlah
diri untuk tampil di depan umum, karena kita berharga. Maka percayalah pada
diri kita.
Berani tampil beda merupakan sesuatu hal
yang tidak bisa dilakukan semua orang. hanya orang-orang pilihanlah yang dapat
melakukannya. Tidak perlu jadi generasi ikut-ikutan untuk bisa dikenal orang
lain. Justru, saat kita menjadi penggagas, menjadi promotor pada sesuatu yang
baru, maka kitalah yang akan dikenal oleh banyak orang, bukan sebagai pengikut.
Meski perempuan, bukan berarti tidak kuat mengangkat beban tas carriel & mendaki gunung |
Karena untuk jadi #MemesonaItu kita
harus tampil sebagai diri kita seutuhnya, bagaimanapun kita adalah juaranya.
Sebab kita berbeda, maka buatlah orang lain terpesona dengan hal-hal unik dan
berbeda yang kita lakukan.
Seseorang yang kreatif itu memiliki
pemikiran out of the box, ide-denya
selalu membuat orang lain terpanah. Kamukah salah satunya?
Berkarya dengan hobi |
Misalnya di saat rapat, atasan kamu
meminta pendapat pada karyawan, nah kita berani menyalurkan ide yang tidak
biasa, tidak seperti ide pada umumnya. Maka seisi ruangan akan terkesima
mendengar ide yang kita sampaikan. Nah, #MemesonaItu mampu membuat orang lain
terpukau karena kreatifitas kita.
Setelah jadi perempuan yang kreatif,
maka teruslah mengasah diri untuk produktif pada apa yang kita anggap “Gila”,
sesuatu yang dilakukan dengan produktif maka nantinya akan menjadi brand tersendiri bagi nama baik kita. So, get your crazy dream.
“Gak ada lo gak rame” kita pernah sangat
familiar kan dengan istilah itu. Apakah saat kamu tidak ada, teman-temanmu merasa
kehilangan? Atau malah biasa saja, ada atau tiada kita justru tidak berdampak
apa-apa? Duh, yuk deh dari sekarang menjadi bagian penting bagi sekitar kita.
Minimal lingkungan kecil di kelas atau lingkungan kantor.
Jadilah bagian penting di komunitas dan organisasi yang kita ikuti |
Karena #MemesonaItu mampu membuat
orang-orang yang berada di dekat kita merasa nyaman, selalu ceria dan penuh
kehangatan.
Berbagi dan jadilah perempuan inspiratif bagi sekitar dan menebar kebaikan |
Ini memesona versiku. Jadi #MemesonaItu bagaimana menurut kamu?
Cewek mendaki gunung itu keren. Titik.
BalasHapusUluuuh makasih haha
HapusAku pernah mengalami hal yang sama, kuliah di institusi yang dianggap teman-temanku tidak unggul. Tapi setelah lulus dan mendapatkan pekerjaan bagus, aku jadi merasa bukan institutnya lah yang menjamin masa depan seseorang. Malah temanku yang kuliah di institut ternama malah kerjanya yaaa hehe gitu deh. jadi curhat kan.
BalasHapusIya bener deh pokoknya tergantung kitanya bukan institusinya.
HapusWah mbak sudah nulis buku? bisa dibeli dimana mbak? mau dong
BalasHapusTerbit Indi mbak :)
HapusAjib dah, baru kali ini lihat fotografer wedding itu cewek. Good job mbak.
BalasHapusMakasih bang hehe semoga bisa membumingkan female photografer di Indonesaaah tercintah :D
HapusFotografer cantiknya kapan nyusul difotoin? masa motoin orang muluk hahahah
BalasHapusBesok deh kalau gak ya besoknya lagi xixixiixi
HapusMemesona itu mau membiayai kuliah sendiri meski orangtua menyanggupi. Semangat kaka...
BalasHapusAduuuh aku banget dah yaa :D
HapusPengen bnget naik gunung begitu, aku main ke mall mulu sih.
BalasHapusIkut komunitas dan berkontribusi positif itu juga memesona menurutku. Karena kalau cewek cuma bisa melukis alis aja gak cukup ya hahaaha
BalasHapusMemesona itu Blogger hehe :D
BalasHapusNulis buku, motret nikahan. Lengkap ya hobinya
BalasHapusIstimewaa mbaak :D Bekerja sesuai passion sekaligus mengembangkan potensi diri sehingga bisa melahirkan karya-karyaa yang luar biasaa. Terus bangga jadi diri sendiri karena setiap dari kita terlahir unik dan istimewaa :D
BalasHapusIstimewa itu, punya kakak yg mau minjemin barang2 ke adeknya haha
BalasHapus