"Akhirnya piknik juga." Itulah kalimat yang bersemayam di kepalaku sejak pertama kali menginjakkan 'hati' di dunia kerja yang baru. Yah, dunia kerja dengan jadwal hari sabtu libur #yeeaay bisa banyakin piknik biar gak panik lihat para manusia sok asik uyeah.
Kalau lihat-lihat foto destinasi wisata tepian Danau Toba yang kian hari kian marak, aku kira hanya bisa menikmatinya lewat social media saja, ternyata bisa terwujud dengan cara tidak terduga dan tidak disangka sama sekali. Karena apa? Ya karena kami wanita.
Ngetrip Naik Sepeda Motor
Sabtu (6/5/2017) aku dan Kak Ririn (Joki Melalakcantik.com) memberanikan diri melalak jauh sekali, pakai helm dan masker. Mungkin inilah trip pertamaku yang aku lakoni tanpa ancang-ancang apapun. Hanya bermula dari Open Aksi Peduli Lingkungan dari Komunitas MTMA Sumut dan Pariwisata Sumut, aku dengan 'Sok Peduli-nya" ngajak kak Ririn untuk ikut andil. Dan ternyata kak Ririn sudah niatan duluan. Yeaay, fix jodoh haha.
Niat awal kumpul di Simpang Pos (Terminal Bus menuju Brastagi) pukul satu siang. Tapi hujan mengguyur dengan derasnya, padahal paginya panas banget. Cuacana ini kayak hati ya, tidak menentu. Heuuuh~
Ditambah geluduk yang bikin ngerih, banjir yang menyebabkan macat panjang membuat Kak Ririn tak henti nanya kabar aku sudah dimana. Duuuh panik kakak ya, sabar ya bentar lagi piknik.
Setelah sejam lebih terjebak macet dan masa lalu *eh* akhirnya sampailah aku di SPBU Simpang Pos, karena masih gerimis, akhirnya kami berdua menunggu lagi. Yah, menunggu lagi, takdir perempuan mah, menunggu.
Kemudian sampailah pada momen dimana dua perempuan yang tidak tahu arah jalan menikmati perjalanan. Ingat ya, malu bertanya ya jalan-jalan. Jadi ya jalaaaaan terus.
"Kak Rin, kakak tau arah mau ke Paropo ini?"
"Enggak sih, tapi nanti kita tanya-tanya aja. Gampang itu." Kedengarannya meyakinkan. Yayaaa, aku selo duduk syantik aja deh di boncengan.
Dan kami pun jalan terus membelah genangan air yang sudah sampai setengah lingkaran ban sepeda motor. Gerimis-gerimis tentu dengan senang hati menemani, jaket saja tidak cukup. Basah pakaian pun tak mampu terelakkan. Tapi ini namanya pengalaman. "Ntar juga kering di jalan." Kali ini, kalimat ini lebih meyakinkan.
Singgah di Penatapan, Sibolangit
Malangnya anak gadis belum sarapan dari pagi, dibantai hujan dan dinginnya penatapan huhu. Singgahlah kami untuk mempertanggunjawabkan perjalanan yang membuat perut keroncongan.
Apakah ada yang belum tau Penatapan itu dimana? Penatapan adalah semacam warung singgah yang terletak di Sibolangit, berjejer warung dengan dua lantai menghiasi badan jalan. Menu makananya relatif sama, didominasi oleh pop mie dan jagung bakar yang menjadi ciri khas daerah dengan suhu dingin.
Yang bikin tempat ini populer adalah pemandangannya yang mengarah pada bukit hijau nan sejuk, sesekali kabut akan menutupi bukit tersebut, membawa dingin menggigit hingga menusuk tulang. Di sisi lain terlihat jelas pemandangan Kota Medan dengan susunan gedung-gedung yang cantik. Apalagi kalau di lihat dari malam hari, wow amazing place deh pokoknya.
Aku dan kak Ririn memesan Nasi Goreng, harganya relatif terjangkau. Tidak membuat kantong jebol seperti dagangan di tempat wisata pada umumnya, hanya 10k untuk satu porsi nasi goreng biasa.
Setelah kenyang, kami pun melanjutkan perjalanan.
Jalur Wisata menuju Pulau Situngkir, Silalahi
Perjalanan awal di mulai dengan menyambangi Simpang Brastagi, sampai di situ terus lagi.
Tujuannya adalah Desa Silalahi III, Kec. Silalahi Sabu
"Ikuti aja jalan besar ini, lurus aja jangan belok-belok. Masih jauh kali." Kata penjual gorengan saat kami tanyakan arah menuju Paropo. Jleeeeb, padahal bagiku ini sudah jauh sekali. Aku yang dibonceng ini rasanya remuk redam. Apalagi kak Ririn ya, yang harus konsentrasi penuh menunggangi motor matic-nya.
Di perjalanan, kita akan menemukan petunjuk jalan, bertuliskan nama-nama tempat yang akan dituju. Seperti panah-panah jalan. Titik temu menuju Paropo adalah pintu masuk menuju tempat wisata Air Terjun Sipiso-piso. Namun terlebih dahulu harus menempuh Merek dan Tiga Panah.
Jalurnya tidak sulit bagi yang sudah tahu, hehe. Soalnya jalurnya hanya lurus saja, mengikuti jalan besar. Meski di simpang-simpang tertentu ada belokan, tetap ada panah penujuk arahnya, jadi tetap terpandu.
Nah, kemudian setelah sampai di Simpang Gapura yang bertuliskan Wisata Air Terjun Sipiso-piso, maka masih harus menempuh jarak yang lumayan jauh. Kali ini memasuki pemukiman warga Silalahi. Awal mula memasuki gapura ini, sudah terlihat pegunungan yang menjadi baground pemandangan wisata tepian Danau Toba. Kami pun tidak sabar ingin segera sampai di tempat yang kami tuju.
Udara dingin sudah sangat terasa meski matahari sedang sangat menyengat. Pakaian yang basah pun akhirnya kering di badan.
Kami menikmati perjalanan ini, dengan udara dan pemandangan yang tak henti membuat kami berdecak kagum dan berkata "Wih, sehat lah kita ngirup udara kayak gini tiap hari." Yah, jauh dari polusi. Segarnya luar biasa.
Bukit-bukit menjulang tinggi, ditumbuhi pohon cemara yang tersusun rapi dan tumbuh secara alami. Rerumputan yang tumbuh merata terlihat seperti karpet berwarna hijau saja. Indahnya.
Retribusi Masuk ke Pulau Situngkir, Silalahi
Di setiap tempat wisata yang mulai ramai pastilah sudah ada pengelolanya. Di pintu masuk pengutipan dana retribusi ini juga merupakan lokasi Air Terjun Sipiso-piso. Nah, setelah dikutip 4k/orang maka kita sudah bisa masuk lokasi yang kita tuju. Untuk masuk ke Pulau Situngkir, kita ke arah kiri.
Ada yang lucu saat memasuki gapura retribusi ini, "Biasanya yang datang ke sini pasang-pasangan. Kok ini perempuan berdua aja." Yah, mau dijawab apa ya, senyum ajalah ya.
Bang pulanglah, Bang. Ajakin piknik ~
Dan benar saja, sepeda motor yang bersliweran mendahului kami rata-rata berpasangan. We yooo kalem ya haha. Tetap senang kok tanpa pasangan. Kita kan peremouan mandiri, setrooong yesss.
"Yakin dek berani ke dalam?" Pertanyaan pengutip retribusi ini baru kami pahami setelah sampai di jalu menurun. Yaaah, bukan takut apayaaa, awalnya ngira serem gitu bakal ada begal. Sunyi banget gilak, kalau dibegal terus dilempar ke jurang juga gak ada yang tau kali ya.
Taunya, berani yang di pertanyakan adalah mengontrol rem saat turunan. Jalanan yang berkelok memang sangat menyeramkan. Ditambah lagi mesin tiba-tiba mati, lalu rem blong. Gak bisa ngerem meski sudah ditahan pakai kaki. Nada-nada ketakutan sudah semua terlontar, ngucap-ngucap pun apalagi. Huaaaa beneran serem euuyy. Di sinilah, kami sebagai perempuan mengaku lemah. Huuhuuu..
Setelah berhenti di aspal yang lumayan datar karena dibantu seretan kaki, akhirnya sepeda motor pun berhenti. Warga sekitar yang kebetulan mendirikan warung pun ikut panik, mendatangi dan menwarkan bantuan, memberikan banyak nasihat, "Gasnya jangan dimatikan, biar saja hidup. Rem-nya tetap ditahan pelan-pelan." Begitu kira-kira.
Karena nyali sudah keburu ciut, akhirnya kami memutuskan berhenti sejenak, menunggu teman lainnya yang sudah sampai duluan agar menjemput kami. Tapi untungnya ada pemuda setempat yang menawarkan untuk mengantarkan kami sampai ke desa Silalahi. Ah, syukurlah. Rasa peduli warga desa yang luar biasa. Meski awalnya takut, takut diculik *hatinya* #lol
Aku dibonceng naik sepeda motor yang tidak ada sanggahan kakinya. Hiksss sedih aku, kaki pegel banget. Tapi ya tak apa ya, yang penting selamat, setidaknya sampai melewati jalanan menurun yang terjal.
Langit mulai memerah, matahari pun tergelincir dengan cepat. Gelap seketika. Dan kami masih belum juga sampai. Beneran jauh ya, jauh banget. Semoga jodoh tak sejauh ini #bapermodeon
Sampai di Desa Silalahi, kami bertemu dengan Bang Lukman (Personil Pesona Alam Nusantara) yang memang khusus menjemput kami para perempuan setrong ini hihi. Kemudian dengan menempuh sekitar 20 menit sampailah kami di tepian Pulau Situngkir yeaaaaaaay.
Eh tunggu dulu, jangan lupa bayar retribusi parkir 15k/sepeda motor. Untungnya kami tidak bayar. Karena apa? Karena kami tamunya bang Lukman. Lumayan Alhamdulillah.
Serunya Ngecamp di Tepi Pantai Pulau Situngkir
Setiba di tepian, kami para perempuan yang kelelahan ini disambut baik oleh timnya Bang Lukman. Gila aja, hampir 9 jam di perjalanan. Fiuuhh~
Sekitar pukul 8 malam, tenda kami sudah siap dipasangkan oleh bang Lukman, cukup untuk berdua. Aku dan kak Ririn.
Lokasi tepi pantai ini lumayan rame saat kami tiba, warna-warni tenda menghiasi setiap lahan pasir yang tersisa. Agaknya anak gunung Sibayak pindah lapak ngecamp di sini.
Niat awal mau langsung tidur karena lelahnya tak terkata lagi. Tapi kawan-kawan yang lain pada ngajakin ngobrol, ngemil pula. Akhirnya diladeni juga haha. Pun aku tergoda ingin menyentuh air di tepian Pulau Situngkir saat malam hari. Lumayan dingin. Aku sudah berjalan dari ujung ke ujung loh. Senang sekali rasanya main air di atas pasir.
Setelah puas menikmati dinginnya air, kami pun memutuskan untuk mengistirahatkan tubuh yang lelah. Padahal tidur cepat tidak ada dalam kamus orang ngecamp, ah bodo ah. Tubuh dan mata sudah manggil pengen diistirahatkan. Apalagi cuaca dingin mendukung untuk tidur hihi.
Menikmati Sunrise di Tepian Pulau Situngkir
Setelah nyenyak tidur semalam di dalam tenda merah, debur air di tepian pantai bergemericik membangunkan tidurku yang hangat dari balik sleepingbag. Ketika membuka sedikit pintu tenda, terlihat langsung sunrise dari sisi kanan, dilengkapi dengan siluet para pengunjung dari atas bukit. Menyenangkan sekali menikmati sunrise di sini. Orang-orang yang berlalu-lalang di depan tendaku pun serasa mengajakku untuk bangkit dari rasa malas.
Kalau diingat-ingat perjalanan menyeramkan semalam, tidak sebanding dengan keindahan dan kedamaian yang aku dapat di sini. Sejuk meski terasa terik ketika matahari mulai meninggi.
Aksi Peduli Lingkungan Danau Toba 2017 bersama Rekan Pariwisata Sumut
Sekitar pukul 10:00 WIB rekan Pariwisata Sumut tiba di Pulau Situngkir guna melakukan Aksi Peduli Lingkungan dengan projek rame-rame ngutip sampah yang ada di sekitaran Pulau Situngkir.
Lebih dari sepuluh goni digunakan untuk mengutip sampah, aku kebagian mengutip putung rokok ke dalam botol aqua bekas. Lumayan dapat banyak sih, sampai setengah botol besar. Dipastikan yang berkunjung ke Pulau ini adalah kaum pria. Yaiyalah, haha. Secara kebanyakan pria yang hobi ngecamp, kalau pun ada perempuan, disinyalir adalah pacar atau kawanan se-geng.
Aksi kutip sampah dimulai dari bukit sebelah kanan jika dilihat dari pintu masuk pulau, kemudian diakhiri hingga sudut kiri. Pengunjung lain juga dengan senang hati membantu aksi ini, minimal mengumpulkan sendiri sisa konsumsi yang mereka bawa.
Sebelum aksi ini usai, aku dan kak Ririn memutuskan untuk kembali duluan. Sebabnya kami berdua takut kemalaman sampai di Medan, mengingat medan terjal yang ngerih-ngerih sedap kalau dibayangkan. Hanya bermodal nekad lah kami bisa sampai ke pulau yang biasa dikenal dengan Paropo ini.
Pulau Situngkir bukan Paropo
Tepian Danau Toba dengan gundukan bukit yang indah ini lebih dikenal dengan Paropo, bahkan saat orang-orang ditanya apa nama tempat ini, orang malah lebih akrab kalau pulau ini disebut Paropo. Padahal menurut penuturan warga, pulau ini bernama Pulau Situngkir Rumatanggal, Desa Silalahi III.
Kenapa disebut Paropo? Ya, karena lokasinya terletak tepat di perbatasan antara Paropo dan desa Silalahi. Alhasil orang-orang lebih akrab menyebutnya Paropo.
Nah, jadi sudah tau kan nama asli dari tempat wisata yang akrab disebut Paropo ini. Yuk lah main ke sini, Danau Toba itu indah loh. Jangan lupa ajak-ajak aku yaaaa!
Perjalanannya itu looo... kalo aku udah tumbang barangkali, Nes. Ujan-ujanan masuk angin telat makan pulak. Aiiih :D. Sungguh sakti kalian berdua! Tapi pemandangan pas sunrise nya yang cantik bikin lelahnya hilang ;).
BalasHapusmollyta.com
Alhamdulillah kami strong, Kak Moll :)
HapusTerbawa kali sama cerita nya, jd pengen ke sana, yok Hun kesana yok
BalasHapusYok kesana lagi yok, beneran .__.
Hapuswah pemandangannya bagus banget kak, jd pengen ke sana
BalasHapusYukayuk kesana eksplore Sumatera Utara.
HapusTempat camping yang amazing. Viewnya menggoda. Tapi jauh ya di Danau Toba. Entahlah kapan saya bisa ke sana
BalasHapusItu view Danau Toba loh bang, kan Danau Toba itu luaaaas sekali hehe.
HapusHuahhhh, leganya baca tulisan lengkapnya dr atas sampe bawah, berasa pengalaman dua ciwi traveler, wkwk. Aku pun pernah mengalami hal yg sama pas mau ngecap di kaki gunung Ungaran, berdua aja lewati jalan2 tanjakan. Alhamd ya perjuangan memang terbayar :)
BalasHapusAku mupeng maksimal liat Paropo ini, eh Situngkir ini. Kalo aku ke Medan , bolehlah ajak kemari ya *ngarep
Jangan lupa ikutan GA blog akuh ya Agnezzz, salam kenal :)
Alhamdulillah, senang kalau ada yg baca blog sampe habis haha, makasih mbakku. Siap deh ikutan GA hihi.
HapusWonder women banget dah, the best female travel blogger mah ini.
BalasHapusCewek Medan emang gak lawan lah kalau baca ini, gak diragukan lagi hahahahaha
BalasHapusAsik banget tempatnya, sumatera utara memang juara kalau soal tempat wisata begini, apalagi wanitanya :D
BalasHapusIndah banget bukitnya mbak, semoga semakin lestari ya tempat-tempat wisata di Sumut, meski semakin banyak jg tempat wisata semakin rame pengunjugnya, baiknya kita saling menjaga.
BalasHapusBanyak banget puntung rokoknya, dasar lelaki *loh aku juga lelaki*
BalasHapusPengen ke sini, keren pemandangannya.. Sumatera emang the best
BalasHapus