Yaaaash, akhirnya aku
menginjakkan kaki di Kota Serambi Mekah, ACEH. Ternyata Kota Aceh itu tidak
semenakutkan yang ada di mindset, Aceh itu super asri, ramah dan
menyenangkan. Bagaimana ceritaku bisa berkunjung ke Aceh?
Beberapa minggu lalu,
aku mengikuti lomba blog dari PT Astra International Tbk. Lomba
blog ini diadakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun ke-60 tahun Astra yang
bertajuk Inspirasi 60 Tahun Astra. Khusus Medan, tema lomba blog yang diangkat yaitu
“Bagaimana Medan Membangun Kota Tertib Lalu Lintas dan Menginspirsi Indonesia” yang
juga digelar sebagai bentuk apresiasi untuk memperingati Hari Lalu Lintas. Jadi
tema yang diusung dalam rangkaian Inspirasi 60 Tahun Astra di Medan adalah Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas (IAABL).
Oh ya, selain di Medan, lomba blog Astra ini sudah lebih dulu diadakan di 3
kota besar lainnya yaitu Yogyakarta (Hari Bumi), Balikpapan
(Hari Pendidikan), Surabaya (Hari Koperasi), dan selanjutnya
akan diadakan di Makassar loh! Ayo Blogger Makassar siap-siap yaaa...
Tulisan Seperti Apa Sih yang Buat Aku Menang
Lomba Blog Astra?
Nah, sebelumnya aku mau
cerita kenapa akhirnya Medan mendapat tema lomba blog tentang Lalu Lintas.
Untuk kita yang tinggal di Medan pasti paham ya, lalu lintas di kota Medan itu
riweh. Istilahnya "Orang sudah mau berhenti di lampu merah aja sukur,
konon lagi disuruh berhenti di belakang garis. Hahaha, wong masih lampu kuning
aja, klakson udah saut-sautan kok." Iya, karena orang Medan itu memang
keras. Apalagi soal ketertiban lalu lintas, cenderung tidak sabaran dan nada
bicaranya itu loh, wuihhh "Ngegaaaasss kali". Bahkan, tidak sedikit
kasus pelanggaran lampu merah dan kecelakaan terjadi di Medan.
Kebetulan, aku punya
beberapa ide untuk ketertiban lalu lintas kota Medan. Pas Astra buat lomba
blog, langsung deh aku tuangin. Meski harus juga riset beberapa poin,
konsultasi sama beberapa teman juga hehe.
Judul tulisan yang aku
angkat adalah "Menjadikan Medan Duta Kota Tertib Lalu Lintas" dengan ide penerapan
e-tilang untuk ketertiban lalu lintas dan meminimalkam tindakan
pungli. Aku menyarankan agar Medan memiliki CCTV yang bisa menyorot hingga pelat
polisi kendaraan dan tersebar ke seluruh ruas jalan di kota Medan. Kemudian,
pengendara yang melanggar ketertiban lalu lintas, pelat nomornya akan terekam
CCTV dan video pelanggaran tersebut terdaftar di situs pemerintah yang dibuat
khusus untuk melihat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara.
Situs ini berlaku untuk seluruh masyarakat yang memilki pelat polisi BK, bisa
login dengan menggunakan pelat polisi yang dimilikinya. Situs ini dibuat guna
sebagai barang bukti bahwa pengendara pernah melakukan pelanggaran.
Denda dari pelanggaran
lalu lintas tersebut akan dibebankan pada biaya pajak kendaraan. Jadi, tidak
ada kasus pungli lagi kan? Soalnya, denda tidak akan disangkut pautkan dengan
polisi. Mau tidak mau, pelanggar harus bayar denda sekaligus pajak kendaraan kan.
Nah, atas dasar tulisan
itulah kemudian aku menjadi pemenang di lomba blog SATU Indonesia Berbagi
bersama Penerima SATU Indonesia Awards. Hadiah yang aku dapatkan selain Laptop
Lenovo dan uang saku, aku juga berkesempatan mengikuti rangkaian acara
Inspirasi 60 Tahun Astra di Aceh, Medan hingga Binjai.
Menghadiri Peresmian KBA (Kampung Berseri Astra)
Aceh
Pengalaman pertama
berkunjung ke Aceh rasanya luar biasa, tertegun melihat kota Aceh yang begitu
rapi. Mungkin, karena baru berbenah sejak tragedi tsunami pada 2004. Tapi
semoga saja Aceh akan tetap dan terus serapi itu. Cerita tentang pengalamanku
nanti akan aku share kembali di tulisan "Pengalaman
Pertama Naik Pesawat ke Aceh" soon ya hihi
Di Aceh, aku bersama
salah seorang Automotive Blogger asal Jakarta, pemilik
blog www.kobayogas.com, kami berdua berkesempatan mengikuti rangkaian acara HUT ke-60
Astra di Medan, yang dimulai dari Aceh.
Setelah sukses membina
65 Kampung Berseri Astra (KBA) di 28 provinsi di Indonesia, kini Astra kembali
melaksanakan kick-off Kampung Berseri
Astra di Kota Banda Aceh (20/9/17) bertempat di Kampung Alue Naga. Berkat kerja
sama antara Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsyiah dengan Astra International,
KBA ini dibentuk sebagai bukti konsistensi Astra untuk mengembangkan Aceh
sebagai wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif di
Indonesia.
Kick-off KBA Alue Naga ini diresmikan langsung oleh Walikota
Banda Aceh Bapak Aminullah Usman dan didampingi oleh Bapak Riza Deliansyah
selaku Head of Environment & Social Responsibility Division Astra
International, Bapak Iwan Yanuarsi selaku Koordinator Wilayah Grup Astra
Aceh dan Bapak Alfiansyah Yulianur selaku Wakil Rektor Universitas Unsyiah.
Program Kerja KBA Alue Naga:
1. Pendidikan
- Pengembangan Senyum
Sapa PAUD Astra
- Festival Anak Soleh
2. Lingkungan
- Penghijauan lingkungan
desa & pelatihan kader lingkungan
- Pembuatan tambak terintegrasi
ramah lingkungan (ecoshim & oyster)
- Partisipasi dalam
lomba Go Green tingkat SMA Kota Banda Aceh
- Pembuatan Rumah Tiram
3. Kewirausahaan
- Sosialisasi
pembentukan kelompok usaha rakyat
- Pelatihan aneka olahan
tiram dan ikan
- Pembinaan &
pembentukan koperasi rakyat
4. Kesehatan
- Sosialisasi Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bekerjasama dengan Puskesmas & Posyandu
5. Media
- Pembuatan website
& media sosial serta pemasangan Internet
- Pembuatan gapura
KBA-Unsyiah
- Pembuatan papan nama,
peta, dan petunjuk arah
Mengunjungi Budi Daya Tiram Aceh
Pertama kali aku
mengenal tiram dari iklan di TV, yang itu loh .__. Ternyata benar ya, tidak
semua orang mengenal apa itu tiram, termasuk aku. Dulu aku mengira tiram itu
kerang dengan nama lain, yaelah masa gitu aja nggak tau sihhhhh...
Sejak aku berkunjungi ke
Aceh, aku melihat langsung proses budi daya tiram yang disebarluaskan oleh
salah seorang dosen di Universitas Syiah Kuala Aceh Ichsan Rusydi. Beliau
adalah pemenang SATU Indonesia Awards 2016 kategori Kelompok.
Melihat potensi kota
Banda Aceh yang didominasi oleh nelayan, Ichsan melihat peluang yang bisa terus
berkembang bila diupayakan. Bermula ketika Ichsan melihat nelayan tiram yang
merupakan para wanita janda yang ditinggal para suaminya akibat peristiwa tsunami
pada 2004. Para nelayan wanita tersebut biasanya berendam di dalam air laut
ketika air surut. Mereka berendam guna mencari tiram yang sudah siap panen.
Mencari serta mengais-ngais tak tentu berapa yang didapat, berakibat mudah
terserang penyakit sebab terlalu lama berendam. Belum lagi tangan yang mengais
sering terkena gesekan tiram yang tajam.
Tidak ingin terlalu
sering para nelayan terluka dari pekerjaannya sebagai nelayan tiram, Ichsan pun
membentuk sebuah teknologi rumah tiram dengan memanfaatkan ban bekas sebagai
wadah tiram untuk menempel. Selain ban bekas, Ichsan juga mencoba beberapa
teknologi dengan bambu dan pipa, tetapi kedua teknologi ini tidak terlalu
berhasil karena bambu dan pipa akan mudah keropos karena terkena air laut yang
asin. Akhirnya, Ichsan masih terus mengembangkan budi daya ini dengan
memanfaatkan ban karet bekas, keranjang dan juga sampan.
Dengan metode tersebut,
tiram yang sejatinya hidup dengan menempel ini akan mencari wadah untuk dirinya
menempel, maka setelah bibit disebar di tambak tiram, beberapa bulan kemudian tiram
akan menempel dan berkembang di ban dan keranjang. Nah, setelah semua tiram
menempel di keranjang atau ban, maka nelayan tidak perlu menyebar menyusuri
tambak, cukup mengangkat ban dan keranjang saja yang sudah siap panen.
Di Aceh, tiram sangat
mudah berkembang, karena memang pada dasarnya tiram sudah dibudidayakan, tetapi
masih menggunakan metode terdahulu. Proses budidayanya juga tidak terlalu lama,
hanya butuh lima hingga enam bulan saja tiram sudah berkembang dengan ukuran sebesar telapak tangan manusia dewasa. Selain di Indonesia, tiram juga
termasuk makanan yang sangat diminati orang luar negeri, karena termasuk
makanan seafood yang bisa langsung dilahap. Bisa ditemukan di
berbagai restauran mewah.
Selain bisa dimakan langsung,
tiram juga bisa diolah menjadi saus tiram, kerupuk tiram, nugget dan makanan
lainnya. Itulah keuntungan budi daya tiram. Ichsan juga sudah membentuk usaha
sate dengan saus tiram dan beberapa bentuk usaha lainnya.
Setelah menggunakan
teknologi ini, Ichsan sangat membantu penghasilan masyarakat. Tidak hanya satu
kelompok, Ichsan juga membentuk kelompok budi daya tiram di beberapa titik di
Banda Aceh, seperti di Kampung Alue Naga, Kampung Tibang, dan Lamngah.
Program budi daya tiram
di Rumah Tiram ini semakin berkembang sejak diapresiasi dalam Program SATU
Indonesia Awards dari Astra International.
Semoga program ini
semakin berkembang dan memajukan kesejahteraan nelayan tiram di Aceh.
duh senengnya bisa sekalian liburan ke aceh, jadi pengen lah liat budidaya tiramnya
BalasHapusoia.. gak dapet oleh2 mutiaranya mbak??? :-)
wah keren, baru baca ulasannya. congrats yaa :)
BalasHapus