Terakhir kali datang ke Jakarta saat jadi 20 nominasi lomba foto Vitalis, ceritanya bisa kamu baca di sini. Tahun ini, semesta memintaku datang kembali, mungkin karena tahun lalu aku hanya seperti transit saja. Dari bandara hotel trus venue, kemudian balik lagi, tanpa ada kesan melihat kota Jakarta lebih dari itu.
Sebenarnya ini juga bukan pengalaman pertama kali pergi keluar Medan karena menulis, maaf jika kesaanya seperti apa kali. Tapi ya karena sejujurnya pun aku tidak menyangka akan semua ini. Semua hal yang menurut orang lain mungkin biasa aja, bagiku yang keluar kamar aja ogah rasanya seperti keluar sebentar dari zona nyaman.
Tulisan ini bener-bener pengalaman pribadi, tidak ada advetorial dari pihak manapun. Mungkin suatu saat nanti aku akan baca kembali tulisan ini, sebagai kenang-kenangan bahwa aku datang ke ibukota karena menulis.
Akhir tahun 2018, aku ikut lomba menulis dari Bank Indonesia, temanya tentang Digital Economi. Saat itu aku tidak tahu kalau 50 karya terbaik diundang ke Jakarta. Seperti lomba-lomba sebelumnya, aku hanya mengharapkan hadiah, pencapaian bahwa karyaku diperhitungkan, tidak pernah berfikir akan dapat reward 'jalan-jalan' itu sih makanya aku tidak pernah ikut lomba yang hadiahnya jalan-jalan.
Kemudian pertengahan bulan Februari 2019, aku mendapatkan email yang menyatakan bahwa aku masuk sebagai 50 karya blog terbaik. Oh iya, lomba ini bukan diupload ke blog, tapi ditulis di word jadi pdf kemudian dikirim via form. Efektif agar tidak ada plagiatan.
Aku bahkan lupa tulisan mana yang aku lombakan, haha ini kocak banget. Sampai aku menerima email itu pun, aku cek tulisanku di blog, mana yang berkaitan tentang Bank Indonesia, ternyata tidak ada dan aku heran kemarin submitnya gimana. Setelah diingat-ingat barulah sadar kalau lombanya submit via form.
Selain daripada lomba blog, lomba ini juga memiliki kategori lain seperti Vlog, Animasi dan Short Movie dengan tema Ekonomi Digital dan Perlindungan Konsumen. Menurut juri, ada 642 tulisan yang masuk, 152 vlog, 81 animasi dan 220 short movie. Kemudian tersaringlah 50 karya dari masing-masing kategori. Kriteria terpilihnya tulisan dinyatakan yang mampu menyampaikan pesan bahwa tulisan itu 'Ekonomi Digital Banget' sedangkan untuk kategori lainnya, dilihat dari 15 detik pertama. Ya kalau 15 detik pertama sudah bosan, bagaimana orang akan lanjut menonton? Begitupun dengan tulisan, kita harus belajar lagi untuk membuat pembukaan yang bikin orang lain ingin terus membaca.
Setelah dapat email, kemudian aku masuk ke grup Whatsapp. Di dalamnya terdapat 165 orang dari seluruh Indonesia, termasuk panitia. Beberapa hari kemudian setelah konfirmasi tiket keberangkatan, terbanglah aku dan 11 orang lainnya dari Medan.
Aku tidak sendiri, aku bersama 11 anak Medan yang juga terpilih sebagai nominasi kompetisi Bank Indonesia ini. Sebagian besar dari kategori short movie dan vlog. Beberapa ada yang juga kategori blog. Tidak menyangka pasti, sejujurnya Medan ini masih minim sekali kreatifitas. Atau mungkin aku yang tidak tahu, maksudku ya kemauan untuk ikut kompetisi begini tuh masih jarang. Setelah tahu, kalau aku tidak berangkat sendiri, ya aku justru merasa aman. Mengingat beberapa kali keluar kota aku sendirian, bukan karena takut tapi karena banyak tidak tahu-nya haha.
Pertama kalinya naik pesawat Batik Air, tentu saja berbeda dengan penerbangan sebelumnya yang aku naiki. Kalau biasanya hanya duduk diam menatap keluar jendela, di Batik Air justru ada tv-nya plus makan siang. Asik ya nonton Sabtu bersama Bapak dilengkapi makan siang, ruang kaki panjang (eh ini penting, pasalnya kakiku panjang kan hihi) sembari sesekali melihat indahnya langit keluar jendela. Gratis dibiayi Bank Indonesia. Nikmat ya? Bilang apaaa? Alhamdulillah.
Hari Pertama di Jakarta
Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, disambut labilnya cuaca. Siangnya terik kemudian sorenya mendung tapi tak hujan. Di Jakarta, kami menginap di Hotel Grand Mercure Harmoni. Sekamar dua orang, aku beruntung sekali sekamar dengan kak Ria M Fasha. Sebenarnya sudah pernah dengar namanya, tapi hanya beberapa kali tergabung dalam satu porject ngeblog, tidak ada percakapan intens.
Kenapa beruntung? Sebagai teman baik dalam hal pengingat sholat, ini yang bikin bahagianya masyaallah. Aku anaknya rewel, receh dan aneh sih. Tapi kak Ria justru tidak pernah cuek, beliau terlihat tulus menghadapi sifat kekanak-kanakanku. Sangat keibuan dan kita punya kebiasaan yang sama juga. Tidak tahan dingin, suka pakai minyak kayu putih dan tentunya kita suka foto-foto. Nah ini penting juga, aku biasanya juga heboh kalau foto, takut gak enakan gitu. Makanya lebih suka foto pakai tripod aja, biar sesuai dengan mauku. Mungkin kak Ria juga begitu, gak enak berkali-kali minta fotoin, padahal aku senang aja motoin orang.
Pas foto-foto bareng, kita klop gitu karena riweh-nya sama. Meski pada akhirnya, kak Ria foto produk ulang pakai timer haha. Nah ini, kita justru sama-sama bawa produk untuk difoto, dasar ya anak konten. Kemana-mana bawa produk demi deadline haha. Besok-besok kalau ada foto lagi, jangan sungkan minta ulang foto ya kak. Miss you, semoga ketemu lagi.
Mengunjungi Tugu Monumen Nasional (Monas)
Hari pertama di Jakarta belum ada agenda, jadi malamnya aku dan teman-teman dari Medan main ke Monas. Meski nyatanya tidak bisa lagi masuk ke dalan karena waktu sudah mepet. Jadilah hanya foto-foto di luar. Tak apa, yang penting sudah pernah saja melihat monas secara langsung hehe.
Ada pengalaman gak enak juga pas mau ke monas, saat itu hari kamis malam. Sedang diberlakukan ganjil genap, jadi mobil online yang kami naiki harus muter-muter agar sampai di monas karena peraturan itu. Belum lagi, kami tidak tahu pintu masuk monas. Abangnya untung sabar, tiga kali keliling-keliling ternyata memang pas jam kami datang, pagarnya belum dibuka penjaga.
Pulang dari Monas, sampai di hotel sekitar pukul sebelas malam, tapi masih rame aja tuh Jakarta. Memang kota ini gak ada tidurnya, 24 jam nonstop.
Hari kedua,
Jumat pagi tidak ada agenda sampai pulang jumatan. Jadi setelah sarapan, aku dan kak Ria keliling-keliling hotel. Ngapain? Ya foto-foto haha. Trus selesai itu, kita sama-sama foto konten produk. Seru banget punya teman sekamar yang kebiasaannya sama. Jadi gak ngerasa asing atau aneh sendiri. Apalagi pas sesi cerita-cerita, memang ya kalau seorang ibu cerita itu enak didengar. Giniloh rasanya punya kakak, aku kenapa ya gak bisa jadi kakak yang baik bagi adik-adikku *loh curhat baeee
Untuk timing mandi aja kami punya kesepakatan loh. Iya mandinya ntar aja ya jam sebelas gitu. Kita sarapan aja dulu. Kalau mandi pagi-pagi ntar kita keringetan lagi, kan acara nanti sampai malam. Ya aku sebagai anak gadis yang malas mandi tentu bahagia dengarnya. Haha.
Netizen Festival 2019 Bank Indonesia
Ba'da jumatan, semua finalis siap-siap berangkat ke Museum Bank Indonesia. Dengan dress code baju putih dan bawahan jeans. Kita berangkat dengan tigas bus. Jarak museum dan hotel tidak terlalu jauh, aku juga baru tau kalau ternyata museum itu dekat dengan kota tua Jakarta.
Seluruh peserta dibagi sesuai kelompok di dalam bus. Karena aku ada di bus pertama, maka aku masuk di kelompok pertama untuk tour Museum Bank Indonesia.
Tour ke Museum Bank Indonesia
Tour ini bertujuan agar finalis lebih mengenal sejarah Bank Indonesia. Di dalam museum, aku terkesima melihat museum yang terta rapi dan sangat modern. Berbeda dengan museum kebanyakan yang kesannya jadul. Di dalam museum, ada emas batangan asli seharga milyaran rupiah. Setelah itu kita menyusuri sejarah orde dimana uang berevolusi. Juga bisa melihat bentuk uang dari zaman penjajahan sampai sekarang.
Ternyata pada masa penjajahan, uang disebut duit. Itulah kenapa masih dipakai sampai sekarang, namun harusnya kita tidak memakai kata itu lagi karena sekarang kita sudah merdeka. Ada juga uang zaman dulu yang bentuknya seperti kancing baju dan terbuat dari emas. Bahkan uang kertas seukuran kertas A5 juga ada.
Talkshow & Festival Kopi
Sebelum awarding, finalis mengikuti talkshow bareng Ayudia bing Slamet dan Dito Percussion. Mereka sebagai pengusaha kopi, sharing awal mula kenapa berbisnis kopi. Selain karena kopi sedang hits di era millenial, ya kopi memiliki lahan jangka panjang untuk berinvestasi jadi pengusaha. Begitu sih.
Jadi, kamu berminat kah bisnis kopi?
Oh ya, kalau dulu barista hanyalah barista. Sekarang barista itu professi keren yang tidak bisa diakui sembarang orang. Kalau ngaku barista tapi kopinya gak 'masuk' ya kudu belajar lagi.
Mencicipi Kopi dari 6 Kota
Kalian pasti tidak percaya, anak kemarin sore sepertiku minum kopi langsung dari asalnya. Meski tiga diantaranya kuingin dicampur susu. Ada enam kota yang mengikuti festival kopi ini. Diantaranya NTB, Bandung, Padang, Lampung, Aceh dan Medan.
Setiap kota memiliki ciri khas masing-masing rasa, juga berbeda cara pengolahan. Detailnya aku tidak begitu paham, yang pasti perutku sakit sekali beberapa saat setelah minum enam cangkir kopi dari enam kota tersebut. Ya, belum terbiasa hehe.
Pengumuman Pemenang Lomba Ekonomi Digital Bank Indonesia
Usai itu, menjelang malam masuklah pada agenda paling penting event ini. Yaitu pengumuman pemenang kompetisi Bank Indonesia. Dibuka oleh MC kondang yang mengawali karirnya menjadi VJ, yaitu VJ Daniel. Aku bisa melihatnya dari dekat.
Selain itu juga dimeriahkan oleh Brisia Jodie Indonesian Idol dan Alfy Reff. Begaunkan putih, Jodie terlihat anggun diiringi penari, Alfy tidak begitu tersorot karena lampu panggung yang remang hehe. Yang penting music DJ nya dinikmati penuh hikmat *eaak.
Detik-detik pengumuman pemenang, menjadi hal paling menaegangkan bagi para finalis. Apalagi mengingat hadiahnya yang luar biasa gede, puluhan juta cuy. Tahun depan harus lebih matang nih bikin konten tulisan.
Rata-rata nih pemenangnya adalah mahasiswa, karena sebenarnya fokus Bank Indonesia adalah mencari bibit-bibit kreator dari mahasiswa, makanya diadakan BI Goes to Campus. Tapi aku juga sering disangka mahasiswa loh haha, dipanggil sebaya, pas cerita-cerita rupanya kakak-kakak. Makasih loh ya, jadi awet muda.
Pemenang #BInetifest2019 kategori Blog Competition:
Juara 1 : Zahra Noor Eliza
Juara 2 : M. Zulfariansyah
Juara 3 : Ulfa Larasanty
Pemenang #BInetifest2019 kategori Vlog Competition:
Juara 1 : Gabby Calisha Azzahra
Juara 2 : M. Ali Akbar & H. Siregar
Juara 3 : M. Rizqi
Juara Favorit : Hero Patria Nusantara
Pemenang #BInetifest2019 kategori Animation Movie Competition:
Juara 1 : Mohammad Najib
Juara 2 : Muhammad Mustajib
Juara 3 : Rizal Sukmanagara
Pemenang #BInetifest2019 kategori Short Movie Competition:
Juara 1 : Aditia Ramadhani Sentosa
Juara 2 : Annisa Dewi
Juara 3 : M. Rivan Putra
Yang paling bikin heboh adalah penutupan acara oleh RAN. Awalnya sih gak mau ikut nimbrung nyanyi, nunggu lagu Dekat di Hati baru aku baju dekat panggung. Sebelumnya ya aku nyanyi di kursiku aja. Pas lagu Dekat di Hati diperdengarkan, sontak dong maju ke depan panggung ikut nyanyi sama teman-teman yang lain. Ntar videonya lihat di youtube channel aku ya.
Siap konser, suara jadi serak. Dehidrasi dong. Saat semua pada tepar, aku sebenarnya juga, tapi teparnya asik, meski tidak jadi salah satu pemenang. Tak apalah, tahun depan coba lagi. Kompetisi kan ajangnya menang dan kalah, kalau siap berkompetisi ya harus siap kalah. Sudah masuk nominasi 50 besar dari ratusan submit ya alhamdulillah. Diajak main ke jakarta kumpul bareng seluruh content creator di Indonesia rasanya masyaallah.
Hari Ketiga,
NgoPI (Ngobrol Penuh Inspirasi)
Awalnya aku kira, hari ketiga hanya talkshow atau sekedar sharing session biasa. Taunya, ilmu nyabanyak banget disebar di momen ini. Sesi ini bertajuk Ngobrol Penuh Inspirasi, Generasi Kreatif Bersinergi Konten Positif.
Sharing dimulai dari Kominfo yang berbagi data bahwa terdapat 40 hoax tersebar pada periode Agustus-Desember 2018, dan 2 hoax pada Januari 2019. Ternyata banyak sekali hoax tersebar dimana-mana, tugas kita sebagai generasi digital adalah menghentikannya, kalaupun kita mendapatinya, cukup sampai di kita dan jangan lagi disebarluaskan. Himbauan tersebut menjadikan kita harus bijak dalam bersosial media.
Apalagi sekarang kita sedang ada di era politik nih, Divisi Humas Polri mengingatkan potensi hoax semakin meningkat seiring dengan memanasnya tahun politik. Sehingga etika bersosial media wajib dipahami generasi milenial agar dapat bersinergi untuk saling share konten positif.
Kita adalah generasi digital, maka sudah sepatutnya menebarkan hal-hal positif di sosial media. Untuk apa menebar kebencian? Emangnya kalau kita berkelahi, bakal dapat reward dari presiden terpilih? Kalau kita mati bakal dapat gelar pahlawan? Enggak kan?
Berjuang ya berjuang, tapi dengan cara yang baik. Tidak menjatuhkan siapapun. Cukup dengan menyebar info kebenaran dari pilihan kita, tidak dengan menebar berita bohong yang padahal hanya ikut-ikutan ngeshare.
Setelah itu, sharing dilanjutkan oleh materi tentang Ekonomi Digital oleh Mas Fatah, perwakilan departemen yg memangku kebijakan Ekonomi Digital dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia. Beliau menjelaskan dengan detail keadaan ekonomi digital di Indonesia.
Apasih Ekonomi Digital itu?
Yaitu penggabungan beberapa teknologi multiguna dengan berbagai kegiatan ekonomi & sosial yg dilakukan melalui internet.
Sederhananya, ekonomi digital mampu merubah kehidupan seseorang yang biasa jadi luar biasa. Seperti tukang pijet, yang awalnya hanya dari mulut ke mulut, berkat adanya Pijat Online dari Gojek misalnya, tukang pijet tersebut jadi go online dan terbantu hidupnya. Atau seperti yang kita alami sekarang saat belanja online, bayar apapun via gadget. Itulah Ekonomi Digital.
Create a Good Content by Nurulloh
Selanjutnya membahas tentang Create a Good Content bersama mas Nurulloh Chief Operating Officer Kompasiana. Nah, ini materi paling aku banget.
Ada tujuh unsur membuat konten kreatif.
1. Original Ideas
Untuk membuat suatu konten, buatlah ide yang benar-benar datang dari dirimu sendiri. Bukan plagiat atau saduran. Karena sekalipun saduran akan terkenal, tetap saja orang lain tau bahwa itu bukan seutuhnya karyamu. Itulah makanya kompetisi ini disumbit via form bukan di media masing-masing, agar bisa tetus berkreatifitas tanpa melihat atau nenyadur karya orang lain.
2. Strong Headlines
Kalimat pembuka sangat menentukan apakah orang lain akan lanjut membaca atau pergi meninggalkan. Buatlah headline yang seminimal mungkin mengandung 5W1H Who, What, Where, When, Why, How & So What. Informasi di awal tulisan harus kuat, bertele-tele akan membuat pembaca bosan dan pergi.
Selain itu, saat menshare tulisan ke sosmed. Buatlah caption yang bikin orang lain seolah jadi tokoh utama di tulisanmu dan ingin baca lebih jauh. Pernah gak hanya asal share link tanpa caption tambahan? Ternyata banyak juga orang yang beranggapan, judul sudah mewakili isi tulisan. Padahal riset telah dilakukan Kompasiana, saat hanya men-share link tanpa caption pendukung akan rendah enggament-nya dibandingkan share link dengan caption yang bikin orang lain penasaran. Jadi, cukup sampai di sini aja kalau ngeshare post hanya judul + link. Siapa sih yg mau ngeklik?
Nah, kalau dari segi video. Harus kuat di lima belas menit pertama. Itu waktu yang menentukan apakah penonton akan lanjut menonton atau pergi.
3. Attractive Title
Ada lima kategori judul yang menarik:
• Unik
• Menggelitik
• Singkat
• Bikin Penasaran
• Pro-Kontra
Judul menjadi modal utama tulisan dibaca orang lain, tapi tentu saja harus sesuai dengan isi. Kalau judul saja sudah menipu, ntar orang lain trauma dan tidak mau lagi baca blog kita, karena sudah diklaim sebagai media penggila klik.
Membuat judul tidak cukup hanya 'Jalan-jalan ke Jakarta' tapi juga harus memunculkan ciri atau kebermanfatan orang lain membaca tulisan tersebut, seperti 'Menemukan Jodoh di Stasiun Kereta, Perjalanan Menuju Jakarta' ya minimal orang lain ingin tahu, jodoh seperti apa yang kita temukan dan bagaimana caranya.
4. Novelty
Novelty adalah unsur kebaruan atau temuan dari sebuah penelitian. Penelitian dikatakan baik jika menemukan unsur temuan baru sehingga memiliki kontribusi baik bagi keilmuan maupun bagi kehidupan.
Nah, setiap tulisan yang kita unggah haruslah berdasarkan riset, ya minimal ada ilmu baru yang kita share, tidak melulu pendapat pribadi. Karena kalaupun membagikan pendapat pribadi, juga harus berlandaskan data yang valid.
5. Show The Experience
Menampilkan pengalaman dengan gaya bahasa sendiri, banyak orang lain justru lebih senang membaca tulisan berdasarkan pengalaman. Karena memang benar-benar dialami dan membagikan hal-hal yang mungkin dibutuhkan orang lain. Seperti cerita-cerita travel blogger atau mom blogger, bahkan beauty blogger. Cerita yang mereka ulas, adalah hal-hal mungkin saja pengalaman baru. Jika ada pembaca mengalami hal yang sama dan hendak mencari solusi, maka ia akan mendapatkan solusi dari tulisan kita.
6. Present The Data & Facts
Menampilkan data dan fakta, seperti yang aku katakan sebelumnya. Penting sekali menampilkan data yang valid, bahkan dalam tulisan pengalaman pribadi sekalipun, misalkan tulisan tentang review skincare, pembahasan tentang isi kandungan produk tersebut harus benar-benar real, misalnya kandungan Tea Tree yang mampu meredakan jerawat. Maka dijelaskanlah apa itu tea tree, mencantumkan data perihal tea tree memiliki manfaat tersebut dan faktanya bagaimana setelah dipakai oleh penulis yang me-review.
7. Give Solution
Apa tujuan orang lain membaca tulisan kita? Selain mungkin hanya sebagai hiburan, tentu ada hal baru yang ingin diambil, solusi misalnya. Jadi tulisan kita bermanfaat bagi orang lain, tidak hanya sekedar lalu saja. Mas Nurul memberi contoh tulisan yang memberi solusi bagi pembaca, dengan judul '5 Cara Atasi Galau Melihat Teman yang Menikah Lebih Dulu' pasti para jomblo yang galau, bakal ngeklik. Kamu jangan baper ya. Tenang, nikah bukan ajang perlombaan hehe.
Membahas Dunia Konten Indonesia bersama Wahyu Aditya (HelloMotion Academy)
Terakhir, belajar soal video bersama mas @maswaditya Founder HelloMotion Academy. Fakta telah membuktikan kalau ternyata visual itu lebih disenangi ketimbang tulisan, materi ini lebih riuh karena disuguhkan video-video kreatif dari para alumni HelloMotion. Dan memang, untuk membuat orang lain bertahan menonton video, harus kuat di lima belas menit pertama.
Pada sesi ini, lebih banyak menampilkan contoh video-video kreatif. Mas Waditya juga mengatakan bahwa menggambar sudah menjadi jati diri manusia, dapat dibuktikan bahwa nenek moyang kita pun dulu melakukan apapun dengan menggambar, bahkan dulu belum ada komputer, corel draw dan photoshop. Jadi kenapa masih menganggap diri kita tidak berbakat menggambar? Semua bisa dilatih, asal mau, katanya.
Yang bikin aku salut, Mas Waditya mampu menciptakan karya karena masalahnya sendiri. Berawal dari kehabisan ide untuk mendongengkan anaknya, beliau justru bikin karakter baru yang terinspirasi dari gaya rambut anaknya dan kelinci peliharaan. Kelinci + nama anaknya Acan jadilah tokoh dongeng bernama Cican. Bahkan Cican sudah banyak beredar di toko buku dengan berbagai series, juga lagu yang diciptakan Mas Waditya, membuktikan bahwa masih ada kok, orang tua yang peduli sama lagu-lagu anak. Mungkin kita saja yang enggan mempopulerkannya.
Tidak terasa, hari berangsur senja. Workshop kali ini benar-benar bermanfaat, penyampaian yang tidak membosankan, karena dikemas dengan selera anak muda, oleh content creator yang sangat kreatif di bidangnya.
Malam Minggu di Kota Tua Jakarta
Usai acara itu, aku dan teman-teman dari Medan tidak ingin berdiam diri di hotel. Maka kami melipir ke Kota Tua. Kapan lagi menikmati kota tua Jakarta malam minggu begini.
Menaiki transportasi online tentunya, sesampainya di sana, ramainya bukan main. Meski suasana Museum Fatahillah terlihat gelap di luar, tapi gedung putih membuat suasana sekelilingnya benderang. Ada banyak sekali pengamen di sana, bukan pengamen keliling, tapi pengamen yang stay dan dinikmati pengjung dengan duduk di lantai, tepat di hadapannya.
Semua orang nyaris duduk di lantai, seperti menikmati tahun baru saja. Bercengkrama dengan teman-teman atau bahkan pasangan. Di sana juga ada ondel-ondel dan para pahlawan tiruan, bisa berfoto dengan mereka dan memberi upah seikhlas hati. Unik sekali cara mereka mengais rezeki.
Di sisi lain juga terdapat seperti jajanan pasar, tepat di pinggir jalur busway. Bahaya sekali, jika pengunjung atau pedagang terlindas busway gimana ya. Katanya mereka sudah terbiasa, meski ditertibkan pun, mereka akan tetap kembali seperti semula.
Karena kami pendatang, maka kami mencicipi kerak telor dan ketoprak. Awalnya aku ragu makan kerak telor, aneh aja gitu. Tapi beranikan diri nyicipin ternyata enak kok. Ketopraknya juga seperti capcay pada umumnya. Bedanya agak manis sih.
Hingga pukul sebelas malam, kota ini masih saja ramai. Serius deh, udah seperti jam tujuh malam di kota Medan. Aku sempat bertanya, apakah mereka semua pendatang seperti kami. Ternyata tidak juga, mereka ya memang orang Jakarta, menikmati malam minggu. Ya di Jakarta mau kemana lagi? Palingan ke Mall. Gitu katanya.
Untuk balik ke hotel, kami gak naik transportasi online lagi. Nyobain naik angkot. Angkot dimana-mana sama sih, tapi setidaknya nyobain aja naik angkot di Jakarta. Ongkos dari Kota Tua Jakarta ke Hotel Grand Mercure Harmoni 4000 per orang.
Besoknya, hari minggu. Waktunya pulang. Jakarta germis waktu itu. Terasa syahdu dan romantis haha. Empat hari di Jakarta sayangnya aku belum merasakan rasanya kemacetan yang dibilang orang-orang. Justru aku senang lihat kota Jakarta yang indah dan bersih, ya mungkin sedang kedapatan melihat bagian bersihnya. Medan juga gitu, di kota ya bersih, agak pinggir sikit nemu deh kotornya.
Alhamdulillah, tiada katanya yang bisa menggambarkan perjalanan ini. Mungkin bukan karena dapat reward ke Jakartanya, tapi team dari Medan-nya. Serius deh, kalau bukan bareng mereka, seandainya aku sendirian. Mungkin tidak seseru ini. Medan itu pusatnya orang-orang bikin ketawa, receh sih. Siapa aja bisa jadi bahan lelucon. Pokoknya gak berhenti ketawa dibikin mereka.
Sampai ketemu di penerbangan selanjutnya, doain ya :) |
Tahun depan semoga kita kumpul lagi dan bawa piala juara ya weeee.
Terima kasih Bank Indonesia.
Find me on:
Facebook: Rezita Agnesia Siregar
Fanpage: @agnesiarezitacom
Instagram: @agnesiarezita
Twitter: @agnesiarezita
Taken with mood & written with love
Facebook: Rezita Agnesia Siregar
Fanpage: @agnesiarezitacom
Instagram: @agnesiarezita
Twitter: @agnesiarezita
Taken with mood & written with love
What a wonderful joirney, Nes. I am glad to read it all.
BalasHapusSekarang emang udah zamannya digital economi. Mau beli pembalut aja, aku gak punya duit cash hehe.. untunglah masih bisa jajan lewat go food.
Btw, aku cuma kenal Mas Uyuy (Nurulloh). Kalau ketemu lagi, salam ya.. acara Kompasiana di Medan Desember lalu, Mas Uyuu gak ke Medan.
Btw, thanks for sharing, Ney..
memang zaman skarang udah praktis ya, harus ngikuti perkembangan jaman biar ga ketinggalan..
BalasHapusbtw acaranya banyak kasih ilmu, mantap
Ada sesi icip kopinya.. Pengennnn ������
BalasHapusWaaah seru yaa! Aku jg ikutan lombanya cuma blm rezeki buat nyangkut. Ikut senenggg baca ceritanya 😍
BalasHapusNey alhamdulillah dikasih rezeki sama allah terus ya. Proses tidak pernah menghianati hasil. Baca ini seperti aku berkelana juga ke jakarta (semoga bisa kesana lagi). Aku mupeng skali dengan festival kopi dan pemateri buat isi kontennya creator nya. Mahal kali soalnya ilmu sepertu itu.
BalasHapusFoto di museum BI bikin mupeng. Itu uang segede A4 gimana ya bentukannya. Cak masukkan fotonya ness
BalasHapusSo proud of you babe.. Bangga bangetttt.. Baca ini berasa lagi ngalami sendiri. Hehe. Btw, pengen banget rasanya ke kota tua. Duh.. Kapan yah..
BalasHapusMantap ditulis semua ya jadi salut, pasti lama nih nulisnya wkwk
BalasHapusFYI, kalo masih di jakarta pusat macetnya memang sepertinya ga nampak sih, wkwk
BalasHapusBangganya ya ney, sangat menginspirasi
BalasHapuswahh mantulll... bukan blogger biasa.
BalasHapusinfo ini memang OK punya! 😎👍
BalasHapusHi kak,
BalasHapusPerkenalkan saya merlyn dari situs HL8 ingin menawarkan kerjasama dalam bentuk program affiliasi dimana anda bisa mendapatkan keuntungan komisi 40% flat dari kami setiap bulannya, Apabila anda tertarik silahkan hubungi kami di affiliate[a]hl8asia .com atau fb saya.
Terima kasih atas perhatiannya
merlyn